
Cilacap – Upaya penguatan karakter dan identitas nasional terus menjadi prioritas dalam dunia pendidikan Indonesia. Salah satu langkah penting yang kini semakin mengemuka adalah penerapan sastra dan budaya dalam proses pembelajaran di sekolah. Strategi ini dinilai efektif untuk menumbuhkan kreativitas, empati, dan pemahaman siswa terhadap nilai-nilai luhur bangsa.
Penerapan sastra dan budaya dalam pembelajaran tidak lagi dipandang sebagai materi pelengkap, melainkan sebagai bagian integral dari kurikulum yang berperan membentuk kepribadian siswa. Berbagai sekolah di Indonesia mulai mengembangkan metode pembelajaran kreatif berbasis kearifan lokal, baik melalui analisis karya sastra daerah, pembacaan puisi tradisional, drama budaya, hingga pengenalan nilai adat dalam pengajaran harian.
Sastra Lokal Menjadi Materi Penting dalam Penguatan Literasi
Sejumlah sekolah mulai memasukkan karya sastra daerah sebagai bahan ajar utama dalam pelajaran Bahasa Indonesia dan muatan lokal. Karya seperti pantun Melayu, syair dari Sumatera, cerita rakyat Jawa, legenda Kalimantan, hingga dongeng Sulawesi kembali dibaca dan dianalisis oleh siswa.
Guru mengakui bahwa penggunaan sastra lokal membantu siswa lebih mudah memahami nilai-nilai moral dan sosial yang ada dalam cerita. Banyak karya tradisional mengandung pesan tentang gotong royong, kesetiaan, kejujuran, dan tanggung jawab—nilai yang sangat relevan untuk pembentukan karakter siswa masa kini.
Dalam beberapa kegiatan kelas, siswa diajak membaca karya sastra daerah, kemudian mendiskusikan makna simbolik, nilai kepahlawanan, hingga filosofi hidup yang terkandung di dalamnya. Proses ini bukan sekadar belajar teori, tetapi menciptakan ruang refleksi bagi siswa untuk memahami akar budaya mereka sendiri.
Menurut sejumlah guru, materi sastra lokal justru membuat pembelajaran semakin menarik. Siswa diberi kesempatan menganalisis perbandingan antara cerita daerah yang mereka kenal dengan cerita dari provinsi lain, sehingga mereka lebih memahami keragaman budaya Indonesia.
Guru Mulai Kembangkan Metode Pembelajaran Berbasis Budaya
Pendekatan pembelajaran berbasis budaya menjadi strategi penting di banyak sekolah. Guru tidak hanya mengajarkan teori sastra, tetapi juga memanfaatkan seni budaya sebagai media pembelajaran.
Di salah satu sekolah di Jakarta, guru menerapkan metode “membaca dan memainkan”, di mana siswa membaca cerita rakyat kemudian membuat versi dramatisasinya di kelas. Kegiatan ini dinilai berhasil meningkatkan keberanian siswa untuk berbicara di depan umum, menguatkan kemampuan berbahasa, serta menumbuhkan kreativitas.
Sementara itu, di beberapa sekolah lain, pembelajaran budaya dilakukan melalui praktik langsung, seperti:
- Latihan menulis aksara daerah
- Membuat dialog drama berbahasa lokal
- Latihan membaca pantun atau pupuh
- Aktivitas menggambar tokoh cerita rakyat
- Kegiatan observasi budaya melalui kunjungan singkat ke museum daerah.
Melalui praktik ini, siswa tidak hanya belajar teori, tetapi ikut merasakan kehidupan budaya yang hidup dalam masyarakat. Guru menyebutkan bahwa metode seperti ini mampu membangun keterlibatan emosional siswa, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan mudah diingat.
Kegiatan Sekolah Dorong Penguatan Budaya Siswa
Selain pembelajaran di kelas, banyak sekolah melaksanakan program ekstrakurikuler dan kegiatan tematik yang menonjolkan unsur sastra dan budaya. Program seperti Pekan Sastra Sekolah, Hari Batik, Pentaskaan Cerita Rakyat, hingga Lomba Puisi dan Pantun Tradisional banyak diminati siswa.
Pada kegiatan Pekan Sastra, siswa diberi kesempatan memperkenalkan karya mereka seperti puisi berbahasa daerah, cerpen bertema legenda lokal, hingga drama yang mengadaptasi cerita rakyat masing-masing. Hal ini tidak hanya menumbuhkan rasa percaya diri, tetapi juga mendorong kemampuan mengekspresikan gagasan secara kreatif.
Di beberapa sekolah lain, pembiasaan budaya diterapkan melalui kebiasaan sehari-hari seperti salam daerah, penggunaan bahasa daerah saat hari tertentu, serta pengenalan filosofi budaya lokal melalui cerita singkat yang dibacakan guru pada awal pelajaran. Pihak sekolah menilai bahwa program semacam ini mampu memperkaya pengalaman belajar siswa dan memperkuat karakter mereka sebagai generasi bangsa.
