Purwokerto-Fenomena Alternate Universe (AU) masih menjadi salah satu bentuk hiburan di media sosial selama beberapa tahun terakhir ini, terutama di kalangan remaja. Beberapa pembaca mengaku menemukan AU secara tidak sengaja di media sosial, kemudian menjadikannya sebagai hiburan harian karena ceritanya yang ringan, emosional, dan mudah diikuti.
Nadia, salah seorang penggemar AU mengaku pertama kali mengenal AU dari unggahan yang muncul di berandanya. “Awalnya cuma iseng baca karena lewat, tapi ternyata seru dan lama-lama ketagihan karena ceritanya relatable dan beda dari cerita biasa,” ujarnya. Ketertarikan yang muncul secara spontan tersebut kini berkembang menjadi kebiasaan membaca AU hampir setiap hari. Menurutnya, faktor yang paling menentukan sebuah AU layak untuk diikuti adalah konflik dan alur cerita.
Pembaca cenderung mempertahankan minat ketika konflik disajikan dengan jelas, menarik, dan tidak bertele-tele. Alur yang rapi serta mengalir juga menjadi kunci agar pembaca betah mengikuti kaelanjutan cerita. Selain itu, tampilan visual seperti cover AU yang estetik turut berpengaruh.
Dari sisi bahasa, gaya bahasa menjadi poin penting yang membuat AU terasa hidup, seperti bahasa yang santai, mengalir, dan menggunakan diksi khas anak muda. “Gaya bahasa Gen Z tuh bikin dialog kerasa natural dan gampang dibayangin. Kalau bahasanya luwes, ceritanya langsung terasa lebih hidup,” jelasnya. Pilihan bahasa tersebut memperkuat kesan dekat sekaligus memudahkan pembaca menghayati karakter dan emosi.
Interaksi dengan penulis AU juga menjadi bagian penting dari pengalaman membaca. Nadia mengaku cukup aktif memberikan komentar dan reaksi, mulai dari mengungkapkan rasa kagum hingga menanggapi adegan tertentu. Menurutnya, interaksi sederhana semacam itu mampu menjaga hubungan hangat antara pembaca dan penulis, sekaligus membuat cerita terasa lebih interaktif.
Selain itu, membaca AU tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga memberikan dampak nyata pada perkembangan literasi digital pembacanya. Kebiasaan mengikuti cerita berformat pendek membuat pemahaman konteks menjadi lebih cepat, sementara ragam bahasa internet yang ditemui membantu meningkatkan kepekaan terhadap tren digital. Cara berkomunikasi pun menjadi lebih fleksibel dan ekspresif, terutama karena AU kerap menghadirkan dialog yang natural dan sarat emosi. Temuan ini menunjukkan bahwa AU dapat berperan sebagai ruang belajar bahasa yang menyenangkan sekaligus relevan dengan kebutuhan komunikasi di era digital saat ini.
