Purwokerto–Munculnya fenomena BookTok, konten video pendek di TikTok yang membahas dan merekomendasikan buku, telah mengubah cara generasi muda berinteraksi dengan dunia literasi.
Fina, seorang mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya (FIB), mengaku mulai aktif menonton BookTok sejak pertengahan tahun ini dan terdorong untuk membeli buku secara mendadak. “Yang ngebuat menarik itu karena aku penasaran nantinya tuh dia mau ngapain sih gitu loh di cerita itu mau gimana, akhirnya mau gimana,” ujar Fina dalam wawancara (1/12/2025).
Faktor harga menjadi salah satu penentu keputusan membeli buku. “Kalau biasanya lebih sering beli itu karena di TikTok aja. Jadi kayak kalau di TikTok kan juga ada promo gitu ya, jadi lebih murah,” tambahnya, menunjukkan bahwa hype BookTok seringkali diperkuat oleh kemudahan akses dan diskon.
Meski demikian, hype BookTok tak selalu berujung manis. Fina mengakui ada beberapa buku yang dibeli karena viral yang justru mengecewakan. “Ada beberapa yang kecewa karena kayak, loh ternyata plot twist-nya tuh gak gong gitu lho, gak yang sesuai aku harapin,” katanya, sambil menyebut Kios Pasar Sore sebagai salah satu contoh buku yang memuaskan ekspektasinya.
Di sisi lain, tidak semua pembaca muda langsung terpengaruh oleh arus hype BookTok. Shafaa, mahasiswi FIB lainnya, mengaku menonton konten BookTok karena adanya rasa keterhubungan. “Kayak, wah temenku nih… kita tuh sama kesukaannya gitu,” ucap Shafaa dalam wawancara (1/12/2025). Namun, ia tidak serta-merta membeli setiap buku yang diulas.
Shafaa lebih mengandalkan komunitas literasi yang sudah lebih dulu ia ikuti, seperti Wattpad dan Alternative Universe (AU), sebagai sumber rekomendasi terpercaya. “Kalau itu aku kan sebagai baca Wattpad terus AU gitu, aku tau dari situ,” jelasnya. Menurut Shafaa, membeli buku harus ada hal yang benar-benar kuat, bukan sekadar video viral 15 detik. “Harus ada kayak something yang aku pengen banget buku ini, aku harus beli,” ujarnya.
Terlepas dari pro dan kontra, Fina menilai BookTok adalah hal yang positif. Menurutnya, di tengah harga buku yang mahal, adanya spill sinopsis di TikTok membuatnya lebih tertarik untuk membaca buku fisik. “Selain itu juga aku jadi lebih tertarik untuk membaca buku karena udah di-spill nih kayak gini-gini gitu kan. Jadi kan aku lebih tertarik, kayak aku penasaran apa sih plot twist yang akan terjadi di buku itu,” tutup Fina.
Dampaknya terasa jelas di industri penerbitan, buku-buku lama dapat hidup kembali dan buku baru dapat meledak penjualannya. Didorong oleh kekuatan review dari pembaca, BookTok membuktikan bahwa media digital tidak mematikan minat baca buku fisik. BookTok menjadi jembatan modern yang mengantar pembaca kembali ke lembar demi lembar buku.
Editor:
