
Purwokerto — “Yapping” tengah jadi istilah hits di media sosial seperti TikTok, X, dan Instagram. Anak muda menggunakan kata ini untuk menggambarkan kebiasaan ngobrol panjang dan tanpa henti, meski dulunya bermakna negatif.
Asal-usul kata ini cukup unik. “Yapping” berasal dari kata bahasa Inggris “yap”, yang meniru suara gonggongan anjing kecil. Lambat laun, istilah ini digunakan untuk menyebut orang yang suka berbicara terus-menerus. Kini, di dunia maya, yapping lebih identik dengan gaya bicara santai dan lucu, sering dipakai dalam konteks humor atau obrolan santai.
Fenomena yapping mulai ramai sejak pertengahan 2024 dan semakin populer pada awal 2025. Banyak video TikTok maupun postingan X menampilkan istilah ini, baik sebagai lelucon maupun cara mengekspresikan diri. Sebutan seperti “yapping boy” atau “yapping girl” muncul sebagai label bagi mereka yang senang berbicara panjang, apalagi ketika membahas topik favorit dengan antusias.
Fenomena ini juga didukung penelitian. Studi “Dampak Media Sosial Terhadap Penggunaan Bahasa Gaul di Aplikasi TikTok Pada Remaja” oleh Situmorang dkk. (2024) menemukan bahwa remaja lebih sering memakai bahasa gaul ketimbang bahasa baku dalam komunikasi sehari-hari. Hal ini membuktikan bahwa slang di media sosial berkembang cepat dan memengaruhi cara remaja berinteraksi, persis seperti yang terlihat dalam tren yapping.
Makna yapping sendiri sudah berubah dari ejekan menjadi julukan lucu. Dahulu kata ini dipakai untuk menyindir orang yang terlalu banyak bicara, tapi sekarang menjadi label ekspresif bagi mereka yang aktif berinteraksi di dunia maya.
Fenomena ini memperlihatkan bahwa media sosial tidak hanya menjadi sarana hiburan, tapi juga ikut membentuk bahasa dan identitas digital generasi muda. Yapping menjadi contoh nyata bagaimana bahasa bisa beradaptasi dan terus berkembang di era digital.
Editor: Rizqi khoirunnisaa Afriana
