Bahasa Hybrid: Gaya Bicara Anak Muda Masa Kini

(Sumber: Generated by Gemini AI)

Purwokerto — Fenomena bahasa hybrid, yakni campuran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, semakin populer di kalangan anak muda. Tren ini muncul hampir di semua platform media sosial, termasuk TikTok, Instagram, dan WhatsApp, baik dalam caption, komentar, maupun konten video, menciptakan cara berkomunikasi yang dinamis dan relevan dengan gaya hidup modern.

Studi terbaru menunjukkan bahwa praktik code mixing (pencampuran bahasa) banyak dilakukan oleh generasi muda. Analisis terhadap caption Instagram mahasiswa memperlihatkan bahwa kata-kata atau frasa berbahasa Inggris kerap disisipkan dalam kalimat bahasa Indonesia. Strategi ini digunakan untuk mengekspresikan diri, menunjukkan identitas digital, serta menambah kesan ekspresif pada komunikasi online.

Menurut Journal of English Language Pedagogy, Literature and Culture melalui artikel berjudul “The Impact Of Social Media TikTok On The Use Of Code Mixing By Generation Z”, platform seperti TikTok memiliki pengaruh signifikan terhadap meningkatnya penggunaan bahasa hybrid. Penelitian tersebut menemukan bahwa generasi Z menggunakan campuran bahasa dalam video dan caption untuk mengekspresikan identitas, humor, dan gaya hidup global. Temuan ini menunjukkan bahwa media sosial bukan sekadar sarana hiburan, tetapi juga membentuk cara berbahasa anak muda masa kini.

(Sumber: Generated by Gemini AI)

Tak jarang, gaya bicara hybrid ditiru dari figur publik. Aktris Cinta Laura menjadi contoh populer karena sering menggabungkan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam postingannya, seperti kalimat: “Hari ini aku lagi super excited banget” atau “Besok kita hangout aja ya, biar fun.”

Ajeng, seorang mahasiswa, mengaku sering menggunakan bahasa hybrid saat berkomunikasi dengan teman-temannya. “Aku suka campur bahasa Indonesia dan bahasa Inggris karena terasa lebih santai, ekspresif, dan bikin obrolan lebih seru,” ujarnya.

Meski populer, penggunaan bahasa hybrid tetap perlu memperhatikan konteks. Banyak pelajar dan mahasiswa mencampur bahasa saat berkomunikasi informal, tetapi dalam tugas sekolah, kuliah, atau tulisan formal, penggunaan bahasa baku tetap penting. Kreativitas dalam berbahasa harus disertai pemahaman konteks agar pesan tersampaikan dengan tepat dan etis.

Fenomena ini menegaskan bahwa code mixing kini bukan sekadar soal efisiensi atau meniru bahasa asing. Praktik ini telah menjadi bagian dari identitas sosial dan kultural generasi muda di era digital, yang memadukan pengetahuan bahasa, keterampilan komunikasi, dan kesadaran etika dalam interaksi sehari-hari.

Editor: Khanifah Zulfi

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *