Purwokerto–Tren “y/n” atau your name semakin populer di media sosial dan platform cerita digital seperti TikTok, Wattpad, dan X (Twitter). Dalam tren ini, pembaca seolah-olah menjadi tokoh utama karena nama mereka digantikan dengan “y/n”. Fenomena ini menunjukkan bahwa cara remaja menikmati bacaan dan cerita telah mengalami perubahan, dari sekadar membaca menjadi terlibat langsung dalam alur cerita.
Banyak pengguna media sosial mengaku tertarik dengan cerita “y/n” karena terasa lebih personal dan dekat secara emosional. Pembaca tidak hanya membaca kisah fiksi, tetapi membayangkan diri mereka berada di dalam cerita tersebut. Hal ini memperlihatkan bahwa literasi digital saat ini tidak hanya berkaitan dengan kemampuan membaca teks, tetapi juga dengan cara memahami, merespons, dan terlibat dalam konten digital.
Dari sisi positif, tren “y/n” mendorong kreativitas dalam dunia kepenulisan digital. Penulis dituntut mampu menyusun cerita yang membuat pembaca merasa terhubung secara emosional. Selain itu, minat membaca di kalangan remaja juga meningkat karena mereka merasa konten yang disajikan lebih relevan dengan kehidupan pribadi.
Namun, tren ini juga perlu disikapi secara kritis. Jika tidak disertai kesadaran literasi digital yang baik, pembaca dapat terjebak dalam fantasi berlebihan hingga sulit membedakan antara fiksi dan realitas. Ketika cerita menjadi tempat pelarian yang berlebihan, risiko kecanduan konten digital semakin meningkat.
Fenomena “y/n” pada akhirnya menjadi cerminan perkembangan budaya baca generasi digital. Tren ini tidak sepenuhnya buruk, tetapi juga tidak dapat diterima tanpa sikap kritis. Literasi digital menuntut pengguna untuk menikmati konten dengan kesadaran, bukan larut tanpa kontrol. Dengan begitu, cerita digital tidak hanya menghibur, tetapi juga tetap sehat secara mental dan edukatif.
Editor: Okty Astri Rahmadani