Purwokerto—Patriarki adalah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pihak yang memiliki posisi, kekuasaan, dan otoritas lebih tinggi dibandingkan perempuan. Dalam sistem ini, laki-laki biasanya dianggap sebagai pemimpin keluarga, penentu keputusan, serta pemegang kontrol dalam berbagai aspek kehidupan mulai dari ekonomi, politik, hingga budaya.
Ciri-ciri utama patriarki adalah perempuan sering dibatasi dalam ruang publik dan lebih dibebankan pada peran domestik dan standar sosial lebih menguntungkan laki-laki. Di banyak ruang publik, pembagian peran gender masih terasa jelas. Namun muncul pertanyaan: apakah pola ini merupakan warisan budaya lama, atau fenomena sosial yang terus dipertahankan hingga hari ini?
Patriarki dianggap sebagai budaya ketika ia hadir sebagai sistem nilai, norma, dan kebiasaan yang diwariskan turun-temurun. Contohnya adalah anggapan bahwa laki-laki harus dominan dalam keluarga. Di sisi lain, patriarki juga dipahami sebagai fenomena karena ia tampak melalui pola-pola ketimpangan gender dalam kehidupan nyata, misalnya perbedaan kesempatan kerja, pembagian beban kerja domestik yang tidak seimbang, dan stereotip gender yang terus muncul dalam media.
Kesimpulannya, patriarki tidak hanya berhenti sebagai budaya, tetapi juga termaterialisasi sebagai fenomena sosial yang memengaruhi struktur kehidupan.
