Antara Tugas Kuliah dan Tumpukan Novel yang Belum Terbaca

Banyumas – Di sudut kamar berukuran tiga kali tiga meter itu, sebuah rak kayu berdiri seperti penjaga sunyi. Deretan novel baru memenuhi setiap sisinya—sampul masih mengilap, halaman belum terlipat, beberapa bahkan masih tersegel plastik. Semuanya menunggu untuk disentuh, seolah memanggil pemiliknya yang kini lebih sering menghabiskan hari dengan jadwal kuliah dan perjalanan pulang-pergi yang melelahkan.Pemilik rak itu, seorang mahasiswi semester tiga di Banyumas, tersenyum kecut ketika menunjuk buku-buku pilihannya. Ia mengaku sudah jatuh cinta pada dunia cerita sejak lama, tetapi ritme kuliah yang semakin padat membuat kebiasaannya terhenti tanpa ia sadari.“Pengen sekali sebenarnya baca.

Tapi tugas kuliah kayak nggak ada habisnya,” tuturnya pelan. “Kadang perjalanan pulang aja sudah bikin energi hilang.”Hari-harinya dimulai sebelum matahari benar-benar terbit. Perjalanan dari rumah menuju kampus ditempuh hampir setiap hari, disusul rangkaian kelas, diskusi, serta tumpukan tugas yang menuntut fokus penuh. Saat akhirnya kembali ke rumah, waktu yang tersisa lebih sering dimenangkan rasa lelah ketimbang halaman-halaman buku yang dulu begitu ia buru.Fenomena ini bukan miliknya seorang.

Banyak mahasiswa yang memilih tinggal di rumah menghadapi dilema serupa: beban akademik yang padat, jam istirahat yang semakin menipis, dan perjalanan harian yang menguras tenaga. Pada akhirnya, membaca untuk hiburan—sesuatu yang dulu dianggap sederhana—bergeser menjadi kemewahan.Namun ada satu kebiasaan yang belum ia tinggalkan: membeli buku baru. Setiap kali menemukan judul yang membuat dadanya berdesir, ia tetap pulang dengan membawa satu paket lagi untuk ditambahkan ke rak.“Buku-buku itu kayak pengingat kalau masih ada ruang kecil buat nyenengin diri sendiri,” katanya. “Mungkin belum bisa dibaca sekarang, tapi suatu hari pasti kebuka juga.”Baginya, rak buku itu bukan sekadar tempat menyimpan koleksi. Ia adalah simbol harapan—pengingat bahwa meskipun kesibukan kampus terus mendesak, minat yang sudah menemaninya sejak kecil tak harus padam.

Di antara jadwal kuliah, kepenatan jalan pulang, dan malam-malam yang sering habis untuk tugas, deretan novel itu tetap berdiri. Seperti pintu kecil yang menunggu dibuka saat waktunya tiba.

editor : khansa rufi khafizah

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *