Mahasiswa Asing Belajar Bahasa Indonesia Lewat Rempah, Dosen Tekankan Pendidikan Budaya Nusantara

Purwokerto — Kelas Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) level A2 di Universitas Jenderal Soedirman pada Rabu (4/12) berlangsung interaktif dan penuh antusiasme. Dalam pembelajaran yang berfokus pada materi “Rempah-Rempah Indonesia”, para mahasiswa asing diajak mengenal langsung berbagai rempah seperti jahe, kunyit, lengkuas, kayu manis, cengkih, serta beberapa bahan aromatik lain yang menjadi bagian penting dari budaya kuliner Indonesia. Kegiatan ini dipandu oleh dosen pengampu yang menggunakan metode praktik dan dialog untuk melatih keterampilan berbicara mahasiswa. Tampak rempah-rempah, alat peraga, hingga contoh produk rempah disusun di atas meja sebagai media pembelajaran agar mahasiswa dapat melihat, menyentuh, dan mencium aroma rempah secara langsung.

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Suasana kelas semakin hidup ketika mahasiswa asing mencoba mempraktikkan dialog sederhana dari materi yang ditampilkan di layar, mulai dari pertanyaan “Ini rempah apa?” hingga menjelaskan rasa dan fungsi rempah dalam kalimat sederhana. Salah satu mahasiswa asing bahkan memberikan komentar yang menarik perhatian seluruh kelas, “Tentu saja Belanda menjajah Indonesia. Sangat kaya akan rempah-rempah,” ujarnya sambil memegang potongan jahe. Pernyataan tersebut memicu respon dosen untuk menjelaskan bahwa rempah memang menjadi komoditas bernilai tinggi yang menyebabkan bangsa Eropa datang ke Nusantara sejak abad ke-16. Kekayaan pala, cengkih, kayu manis, dan lada menjadi faktor utama yang kemudian memicu praktik kolonialisme panjang di Indonesia.

Dosen pengampu menyampaikan bahwa pembelajaran bahasa tidak dapat dipisahkan dari konteks budaya dan sejarah. Melalui materi rempah, mahasiswa tidak hanya belajar kosakata baru tetapi juga memahami bagaimana rempah menjadi identitas Indonesia sekaligus pintu masuk bagi bangsa asing pada masa lalu. Mahasiswa asing lainnya turut menyampaikan kesan positifnya, menyebut bahwa belajar bahasa melalui benda nyata membuat materi lebih mudah dipahami dan memberi pengalaman belajar yang lebih bermakna. Ia merasa bahwa mengenal rempah membuatnya memahami Indonesia bukan hanya dari bahasa, tetapi dari sejarah dan praktik budaya masyarakatnya.

Pembelajaran BIPA kali ini menunjukkan bahwa pendidikan bahasa dapat menjadi sarana untuk memperluas wawasan budaya sekaligus memperkenalkan sejarah penting Indonesia kepada warga negara asing. Melalui pendekatan praktis dan tematik seperti ini, mahasiswa tidak hanya mempelajari struktur bahasa, tetapi juga memperoleh pemahaman mengenai peran rempah dalam kehidupan masyarakat, ekonomi, hingga sejarah panjang Nusantara sebagai “negara rempah”.

Editor: Lusi Rahmalia

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *