Purwokerto-Aula Bambang Lelono Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman tidak serta-merta kembali sunyi usai tiga pentas drama “Jagat Rasa” selesai. Langkah-langkah kaki justru mengalir ke sisi yang lain, tempat pameran fotografi “Spektrum Waktu” membuka pintunya. Malam itu, aula berubah menjadi ruang temu yang riuh oleh tatap, bisik, dan jeda yang penuh makna.
Diselenggarakan oleh mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia semester 5, pameran ini menjadi bagian tak terpisahkan dari rangkaian acara yang dapat diakses dengan tiket seharga Rp15.000. Keramaian tampak mengisi setiap sudut, mahasiswa berdiri di depan bingkai-bingkai foto, sebagian larut membaca keterangan, sebagian lain berhenti lebih lama, seolah enggan beranjak dari satu potret ke potret berikutnya.
Mengusung tema SpektrumWaktu, karya-karya fotografi yang dipamerkan merekam berbagai potongan kehidupan. Aktivitas budaya, ruang keseharian, dan relasi antarmanusia hadir dalam bingkai yang sederhana namun bermakna. Setiap foto menyuguhkan cerita yang berbeda, menampilkan waktu sebagai proses yang bergerak, berubah, dan meninggalkan jejak.
Cahaya lampu yang lembut menyelimuti aula, menciptakan suasana yang intim di tengah keramaian. sementara interaksi antarpengunjung membentuk ritme tersendiri. Beberapa pengunjung berhenti lebih lama di depan karya tertentu, seolah menemukan pengalaman yang dekat dengan ingatan mereka.
Sebagai penutup selepas panggung drama, Spektrum Waktu menjadi ruang jeda bagi tempat emosi yang sebelumnya bergejolak. Di sini fotografi hadir sebagai bahasa lain, tanpa dialog, tanpa gerak, namun tetap berbicara tentang manusia dan siklus kehidupannya.
Malam itu, di aula Bambang Lelono, waktu tidak hanya berjalan. Ia dipajang, dibaca, dan dirasakan bersama. Dan di dalam keramaian pameran Spektrum Waktu, seni menemukan cara lain untuk tinggal lebih lama di ingatan.
