Purwokerto – Riuh tepuk tangan memecah sore di Aula Bambang Lelono Fakultas Ilmu Budaya ketika lampu panggung perlahan meredup. Mahasiswa mulai berkreasi berdiri di tengah panggung, menyampaikan dialog dengan intonasi penuh emosi, sementara puluhan hingga ratusan pasang mata menyimak dalam hening yang khidmat. Tepat di depan gedung aula, deretan foto terpajang rapi, menangkap potret kehidupan, perasaan, dan kegelisahan generasi muda. Inilah suasana Jagat Rasa, sebuah acara seni yang selama tiga hari berhasil menghidupkan kembali semangat sastra di kalangan mahasiswa.
Jagat Rasa merupakan acara yang diselenggarakan oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia angkatan 2023. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, mulai dari tanggal 10 hingga 12 Desember, dan menghadirkan dua agenda utama, yakni pementasan drama dan pameran produk fotografi karya mahasiswa. Selama pelaksanaannya, acara ini ramai dikunjungi oleh mahasiswa dari berbagai program studi, menjadikannya salah satu agenda prodi yang paling menyita perhatian menjelang akhir semester.
Pementasan drama menjadi daya tarik utama dalam acara ini. Para mahasiswa tidak hanya berperan sebagai aktor, tetapi juga terlibat dalam penulisan naskah, penyutradaraan, hingga penataan artistik. Cerita-cerita yang diangkat beragam, mulai dari persoalan sosial, pencarian jati diri, hingga refleksi kehidupan. Menurut pakar pendidikan sastra Teeuw, sastra bukan hanya produk bahasa, melainkan cermin kehidupan yang mengajarkan kepekaan rasa dan pemahaman manusia terhadap realitas sosial. Dalam konteks ini, pementasan drama mahasiswa tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai proses internalisasi nilai-nilai kemanusiaan dan pembelajaran kritis melalui seni pertunjukan.
Di sisi lain, pameran fotografi menghadirkan narasi visual yang tak kalah kuat. Puluhan karya foto dipamerkan, menampilkan potret keseharian, detail emosi, dan sudut pandang personal mahasiswa terhadap lingkungan sekitar. Fotografi dalam Jagat Rasa tidak sekadar menampilkan keindahan visual, tetapi juga berfungsi sebagai bentuk ekspresi sastra yang mengisahkan cerita tanpa kata, namun kaya makna.

Tingginya antusiasme pengunjung menunjukkan bahwa minat mahasiswa terhadap sastra dan seni masih sangat relevan. Setiap hari, ruang pamer dan area pertunjukan dipadati pengunjung yang datang silih berganti. Banyak di antara mereka mengaku terinspirasi setelah menyaksikan pertunjukan dan karya yang dipamerkan. Hal ini sejalan dengan pandangan dalam dunia pendidikan bahwa kegiatan seni dan sastra mampu meningkatkan kreativitas, kemampuan berpikir kritis, serta kepekaan emosional mahasiswa, yang menjadi keterampilan penting di era modern.
Proses penyelenggaraan Jagat Rasa sendiri melibatkan persiapan yang matang. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia angkatan 2023 melakukan latihan rutin, serta koordinasi teknis agar acara berjalan lancar selama tiga hari. Kolaborasi antar mahasiswa menjadi kunci utama keberhasilan acara ini. Tidak hanya sebagai penyelenggara, mereka juga belajar tentang kerja tim, manajemen acara, dan tanggung jawab.
Ketika acara berakhir, Jagat Rasa meninggalkan kesan mendalam bagi banyak pihak. Lebih dari sekadar agenda penugasan atau proyek untuk memenuhi nilai, acara ini menjadi bukti bahwa sastra masih memiliki tempat yang kuat di hati mahasiswa. Melalui panggung dan lensa, mahasiswa membuktikan bahwa sastra dapat dirayakan dengan cara yang segar, dan penuh makna.
Editor: Muhammad Iqbaal Mudzaki
