Purwokerto — Prof. Dr. Nuning Setyaningrum, M.Si., pakar iktiologi dari Universitas Jenderal Soedirman, menegaskan bahwa ekosistem perairan Indonesia menghadapi tantangan serius yang memerlukan perhatian lebih dari masyarakat. Menurutnya, iktiologi sebagai ilmu yang mempelajari ikan tidak hanya berfokus pada aspek biologi, tetapi juga berkaitan erat dengan ekologi, kesehatan lingkungan, dan kesejahteraan manusia. “Iktiologi adalah ilmu tentang ikan, namun sesungguhnya lebih luas, sebab ikan memiliki peran penting dalam rantai makanan dan keseimbangan ekosistem,” ujarnya.
Dalam penjelasannya, Prof. Nuning mencontohkan bagaimana ikan gabus (Channa striata) berperan menjaga keseimbangan ekosistem melalui rantai makanan. “Ikan gabus, misalnya, merupakan predator yang dapat menyeimbangkan ekosistem dengan memangsa serangga air yang populasinya berlebih. Namun, jika jumlahnya terlalu banyak, justru akan mengganggu keseimbangan karena mangsanya bisa habis,” katanya. Ia menambahkan bahwa penelitiannya mengenai ikan gabus membuktikan bahwa spesies ini tidak hanya penting dari sisi ekologi, tetapi juga memiliki nilai ekonomi tinggi karena kandungan albuminnya bermanfaat bagi kesehatan.
Lebih lanjut, Prof. Nuning menyoroti berbagai ancaman terhadap keberlanjutan ekosistem perairan. Menurutnya, kerusakan habitat, eksploitasi berlebihan, serta pencemaran menjadi faktor dominan yang menurunkan kualitas lingkungan perairan. “Ancaman yang paling signifikan adalah eksploitasi berlebihan, alih fungsi habitat, dan pencemaran, termasuk mikroplastik yang kini ditemukan dalam tubuh ikan,” jelasnya. Kondisi ini bukan hanya merugikan keberlangsungan populasi ikan, tetapi juga berdampak pada kesehatan manusia sebagai konsumen utama.
Selain pencemaran, perubahan iklim global juga berpengaruh besar terhadap dinamika ekosistem perairan. Prof. Nuning menjelaskan bahwa ketidakpastian iklim mengganggu siklus reproduksi ikan yang sangat bergantung pada pola musim.

“Jika iklim tidak menentu, proses pemijahan akan terganggu sehingga populasi ikan berkurang,” tegasnya. Hal ini menunjukkan perubahan iklim global berdampak langsung pada ketersediaan sumber daya ikan sebagai penopang pangan. Prof. Nuning juga menekankan bahwa peran generasi muda sangat penting dalam upaya pelestarian ekosistem. Ia berharap kepedulian terhadap lingkungan bukan hanya menjadi tanggung jawab akademisi atau peneliti, tetapi juga masyarakat luas.
“Harapan saya, generasi muda bisa memahami pentingnya konservasi, agar anak cucu kita masih bisa menikmati keanekaragaman ikan Indonesia,” ujarnya. Menurutnya, kesadaran kolektif harus ditumbuhkan sejak dini melalui pendidikan dan gerakan lingkungan yang nyata.
Sebagai penutup, Prof. Nuning menekankan bahwa kepedulian masyarakat terhadap ekosistem perairan akan menjadi kunci keberlangsungan sumber daya ikan di Indonesia. Ia mengingatkan bahwa ikan bukan sekadar komoditas ekonomi, melainkan bagian integral dari kehidupan dan budaya bangsa.
“Mari bersama menjaga kelestarian alam dengan tidak membuang sampah sembarangan supaya keberagaman organisme, termasuk ikan, akan tetap terjaga,” pesannya.