Banyumas — Di tengah arus modernisasi, Warsono Kriswandi, Ketua Kesenian Ebeg Turonggo Jati sekaligus Ketua Paguyuban Ebeg Banyumas (Pakumas), tetap setia melestarikan kesenian tradisional. Ia berupaya menjaga warisan budaya Ebeg agar tidak hilang ditelan zaman.
Warsono telah menekuni Ebeg selama lebih dari dua dekade. Sejak muda, ia aktif membantu pementasan di desa dan belajar langsung dari para sesepuh. Kini, kelompok Ebeg Turonggo Jati yang ia pimpin rutin tampil dalam berbagai acara budaya dan keagamaan. “Selain melatih penari, saya juga menjaga kelengkapan alat dan tradisi yang menyertainya,” ujarnya.
Kecintaan terhadap seni tumbuh sejak usia 10 tahun. Saat itu, ia kerap menonton pertunjukan Ebeg dalam acara sedekah bumi di desanya. Bagi Warsono, Ebeg bukan sekadar hiburan, melainkan sarana menanamkan nilai keberanian, kerendahan hati, dan gotong royong. “Saya merasa bertanggung jawab meneruskan perjuangan leluhur dalam menjaga tradisi ini,” katanya.
Di tengah menurunnya minat generasi muda, Warsono berupaya melakukan penyesuaian tanpa meninggalkan akar tradisi. Ia mengembangkan pola latihan yang lebih mudah dipahami, serta mengemas pertunjukan agar tetap menarik bagi penonton masa kini. “Kami mencoba menyesuaikan zaman, misalnya dengan menambahkan sentuhan modern tanpa menghilangkan nilai aslinya,” jelasnya.
Atas dedikasinya, Warsono telah menerima penghargaan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) serta berbagai instansi lain sebagai pelaku budaya yang konsisten menjaga seni tradisional daerah. Penghargaan tersebut menjadi bukti nyata pengakuan atas kiprahnya di dunia kesenian.
Ia juga mendorong integrasi kesenian lokal ke dalam lingkungan pendidikan. Warsono berharap sekolah-sekolah memberi ruang bagi seniman tradisional untuk tampil dan berbagi ilmu. “Teknologi membantu promosi, tapi jangan sampai menghilangkan ruh keseniannya,” tegasnya.
Bagi Warsono, seni adalah bahasa rasa manusia. Melalui Ebeg Turonggo Jati, ia belajar arti kerja sama, disiplin, dan ketulusan. Ia berpesan agar generasi muda tidak malu mencintai budaya sendiri. “Jangan sampai Ebeg punah hanya karena dianggap kuno. Kalau bukan anak muda yang meneruskan, siapa lagi?” ujarnya.
Dengan banyaknya pengalaman, inovasi berkelanjutan, dan pengakuan nasional, Warsono Kriswandi layak disebut sebagai pakar kesenian tradisional Banyumas. Ia bukan hanya penjaga warisan, tetapi juga penggerak yang memastikan tradisi tetap hidup dan relevan di masa kini.
Editor: Alvina Putri Rustanti