
Purwokerto — Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Ilmu Budaya menggelar kegiatan kuliah Umum pada Jumat (24/10) di Aula Bambang Lelono. Kegiatan ini menghadirkan Dr. Ari Kusmiatun, M.Hum sebagai narasumber untuk berbagi wawasan seputar pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA).
Kegiatan ini dibuka dengan sesi senam otak yang menciptakan suasana interaktif dan penuh semangat. Dalam pemaparannya, Ari menjelaskan bahwa Australia merupakan negara pertama yang disinggahi dalam penyebaran program BIPA. Ia menegaskan bahwa pengajaran BIPA harus disusun secara sadar, terarah, dan terorganisasi agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.
Menurut Ari, seorang pengajar BIPA harus memiliki wawasan kebangsaan dan pemahaman mendalam tentang Indonesia. “Mahasiswa asing akan senang jika mentornya memahami budaya, sejarah, dan karakter bangsa Indonesia,” ujarnya. Indonesia sendiri dikenal memiliki 17.380 pulau, 38 provinsi, 714 suku bangsa, dan lebih dari 1.000 bahasa daerah. Kekayaan ini menjadikan pengajaran BIPA sebagai bentuk diplomasi lunak (soft diplomacy) yang efektif memperkenalkan Indonesia di dunia internasional.
Bahasa Indonesia kini semakin diakui di kancah global. Bahasa ini memiliki lebih dari 270 juta penutur, telah menjadi bahasa resmi dalam sidang UNESCO, serta diajarkan di lebih dari 57 negara dan 300 lembaga pendidikan di dunia. Bahkan, Bahasa Indonesia pernah tercatat sebagai bahasa ketiga yang paling banyak digunakan di platform WordPress.
Dalam sesi selanjutnya, Ari membahas prinsip dan strategi dalam pengajaran BIPA. Ia menjelaskan bahwa bahasa adalah kebiasaan yang perlu dilatih, bukan sekadar dipelajari secara teoretis. Pengajar perlu menggunakan berbagai metode pembelajaran, memanfaatkan media visual, audio, dan audiovisual, serta menciptakan suasana kelas yang aktif dan “Pengajar BIPA harus berbicara dengan jelas, menggunakan lafal yang tepat, serta kreatif dalam menyampaikan materi. Siswa juga perlu diberi kesempatan lebih banyak untuk berlatih menggunakan Bahasa Indonesia,” ujarnya.
Melalui kegiatan ini, peserta diharapkan memahami bahwa pembelajaran BIPA tidak hanya menjadi sarana mengenalkan Bahasa Indonesia, tetapi juga gerbang diplomasi budaya yang memperkuat posisi Indonesia di mata dunia.menyenangkan.
