Kabupaten Banyumas yang terkenal dengan ngapaknya, ternyata memiliki sisi budaya yang cukup kompleks salah satunya yaitu budaya Kejawen Kesepuhan Kalitanjung. Asal mula budaya Kejawen ialah karena adanya proses perpaduan antara titik temu Islam dan budaya Jawa, akulturasi di pulau Jawa yang diprakarsai oleh Wali Sanga. Kejawen sendiri menggambarkan budaya dan tradisi dari leluhur yang senantiasa dipegang oleh masyarakat yang meyakininya.
![](https://jejakpersepsi.com/wp-content/uploads/2024/10/berita-5-3-1024x768.jpg)
Sumber: Saufa Rahmatun Nazila
Budaya Kejawen Kesepuhan Kalitanjung sudah ada sejak 1400 SM dan kini berkembang di kecamatan Rawalo kabupaten Banyumas. Budaya tersebut merupakan keberlanjutan dari budaya kejawen Demak. Upaya untuk menghidupkan budaya tersebut tentunya melibatkan pihak yang harus turun langsung ke dalam budaya Kejawen. Pihak yang mengurusi budaya Kejawen diantaranya adalah ketua adat yang bertugas menjaga dan melestarikan tradisi agar eksistensinya tetap ada di setiap perkembangan zaman.
Budaya Kejawen Kesepuhan Kalitanjung termasuk kekayaan daerah yang ada di Banyumas, sehingga keberadaannya penting untuk dijaga dan dilestarikan. Kejawen di dalamnya tidak hanya mengandung unsur budaya, melainkan juga nilai agama dan sosial yang sangat erat kaitannya dengan masyarakat setempat. Implementasi budaya Kejawen Kesepuhan Kalitanjung dapat dilihat dari agenda tahunan yang mereka konsep secara terstruktur meliputi agenda sedekah bumi dan rawat bumi. Kedua agenda tersebut dilaksanakan setiap tahun tepatnya di bulan suro.
Kejawen Kesepuhan Kalitanjung merupakan sebuah komunitas yang menjunjung tinggi nilai-nilai kerukunan, solidaritas dan keharmonisan dalam sebuah sekumpulan orang. Tidak hanya itu, kebudayaan ini juga terbuka terhadap budaya modern tanpa menghilangkan budaya asli daerahnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam budaya Kejawen Kesepuhan Kalitanjung dapat kita teladani bersama dalam kehidupan sehari-hari