
Banyumas- Di tengah deras nya arus budaya modern, seni wayang kini kian asing di telinga masyarakat. Namun, bagi Ki Andhika, seorang dalang muda lulusan ISI Surakarta, dunia pedalangan bukan sekadar hiburan, melainkan warisan budaya tang harus dijaga.
Ki Andhika telah menekuni dunia pedalangan sejak ia remaja. Ketertarikannya terhadap wayang membuatnya memilih melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta untuk memperdalam ilmu dan keterampilan di bidang tersebut.
Menurutnya makna penting wayang bagi masyarakat saat ini mulai terlupakan. Banyak orang yang menganggap bahasa dalam pertunjukan wayang terlalu kuno dan alat musik pengiring seperti gamelan terdengar asing di tengah perkembangan teknologi dan pengaruh budaya barat.
Meski demikian, Ki Andhika tetap berupaya melestarikan seni wayang dengan beradaptasi terhadap zaman. “Perkembangan wayang bisa berkembang bisa tidak, tergantung senimannya, Bagaimana caranya agar wayang tetap eksis, salah satunya dengan menginovasi kan bentuk wayang, misalnya mengenakan pakaian bergaya modern agar tidak membosankan,” Ungkapnya.
Namun, ia juga mengakui bahwa tantangan terbesar dalam mempertahankan minat masyarakat justru datang dari kalangan seniman itu sendiri. “Musuhnya kadang seniman sendiri, karena tanpa dukungan antar-seniman, sulit untuk mengembangkan inovasi baru,” ujarnya.
Untuk menyesuaikan pertunjukan wayang agar tetap menarik, Ki Andhika memilih menggunakan lakon-lakon yang mudah dipahami dan bahasa yang lebih sederhana sehingga pesan moral tetap sampai ke penonton. Upayanya ini mendapatkan dukungan dari masyarakat dan penonton yang menghargai usaha pelestaruian budaya tersebut.
Ki Andhika berharap generasi muda tidak terlupakan akar budayanya. Ia ingin agar wayang terus dikenal dan dijaga sebagai warisan bangsa yang mengandung banyak nilai kehidupan.
Editor: