Mengangkat Lengger menjadi Film: Antara Apresiasi dan Kontroversi

Purwokerto—Tari tradisional Lengger dari Banyumas, Jawa Tengah, semakin banyak dibicarakan setelah mendapat sorotan dalam film Kucumbu Tubuh Indahku yang dirilis pada 2019. Dalam budaya aslinya, Lengger dikenal sebagai tarian rakyat yang menampilkan keanggunan gerak dan sering dibawakan oleh penari laki-laki yang memerankan tokoh perempuan, atau yang disebut Lengger lanang.

Film garapan Garin Nugroho itu memperlihatkan Lengger sebagai bagian penting dalam perjalanan tokoh utama. Penayangan film tersebut membuat banyak penonton, terutama dari generasi muda dan publik internasional, mulai mencari tahu lebih jauh tentang sejarah serta nilai budaya Lengger. Akibatnya, popularitas tarian ini pun meningkat di media sosial dan forum budaya.

Namun, perhatian tersebut juga memicu kontroversi. Sejumlah kelompok mengkritik film Kucumbu Tubuh Indahku karena menilai penggambaran tokoh dan alur ceritanya terlalu sensitif dan berpotensi menimbulkan persepsi keliru tentang Lengger sebagai tradisi seni. Mereka khawatir masyarakat menghubungkan Lengger dengan isu-isu identitas tertentu yang tidak selalu sesuai dengan konteks budaya aslinya. Di sisi lain, para pegiat seni berpendapat bahwa film Kucumbu Tubuh Indahku justru membuka ruang dialog tentang keberagaman ekspresi budaya di Indonesia.

Meskipun terjadi perdebatan, banyak pemerhati budaya berharap sorotan ini bisa membantu melestarikan Lengger, terutama melalui dokumentasi, penelitian, dan ruang pertunjukan yang lebih layak bagi para penari.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *