Vireyna Anisa Hanandia Hidupkan Tari Tradisional Lewat Sanggar Gupay Katresna

Brebes — Di tengah kuatnya arus budaya modern yang mendominasi ruang digital maupun kehidupan sehari-hari, upaya pelestarian seni tradisional terus muncul melalui kreativitas generasi muda. Salah satunya dilakukan oleh Vireyna Anisa Hanandia (23), pendiri Sanggar Gupay Katresna di Salem. Ia berkomitmen menjadikan tari tradisional sebagai ruang pembelajaran dan pengenalan budaya bagi masyarakat, khususnya anak-anak dan remaja di daerahnya.

Menurut Vireyna, tari tradisional merupakan identitas dan cerminan kekayaan budaya Indonesia. Setiap tarian membawa karakter daerah masing-masing yang ditunjukkan melalui gerak, musik, dan kostum. “Setiap daerah memiliki ciri khas yang tercermin melalui gerak, musik, hingga kostum. Dari tarian saja, kita bisa melihat nilai-nilai yang hidup dalam masyarakatnya,” jelasnya. Ia mencontohkan perbedaan antara tari Jawa Barat yang dinamis dan ekspresif dengan tari Jawa Tengah yang lebih lembut dan gemulai, perbedaan yang menggambarkan keragaman karakter masyarakat Indonesia.

Dalam proses pembelajaran di sanggarnya, Vireyna tidak sekadar mengajarkan teknik gerak, tetapi juga nilai moral dan sosial yang melekat pada seni tari. Latihan rutin menjadi wadah bagi siswa untuk belajar kedisiplinan, kerja sama, dan kemampuan menyelaraskan diri saat menari secara berkelompok. “Tari itu proses. Selama ada kemauan dan kesungguhan, hasilnya akan mengikuti,” ujarnya. Ia menekankan bahwa harmoni dalam tari hanya dapat terbentuk ketika setiap penari mampu saling memahami dan menurunkan ego.

Perubahan positif terlihat dari para siswa yang mengikuti latihan. Anak-anak menjadi lebih mampu mengontrol energi, lebih jarang terpaku pada gawai, serta lebih berkembang dalam kemampuan bersosialisasi. Sementara bagi remaja, sanggar menjadi kegiatan produktif yang membantu mereka memanfaatkan waktu luang secara bermanfaat dan mengurangi kemungkinan terlibat dalam perilaku negatif.

Vireyna mengakui bahwa dirinya sempat merasa ragu karena khawatir kecintaannya terhadap budaya tradisional dianggap kuno. Namun, respon publik justru menunjukkan hal sebaliknya. Konten-konten tari tradisional yang ia unggah di media sosial mendapat sambutan positif dan bahkan menginspirasi banyak orang untuk mulai belajar. Hal ini meyakinkannya bahwa budaya tradisional tetap relevan dan diminati ketika disampaikan dengan cara yang menarik dan dekat dengan generasi sekarang.

Melalui Sanggar Gupay Katresna, ia berharap semakin banyak generasi muda yang terlibat dalam pelestarian budaya. “Jangan sampai budaya kita padam. Kalau bukan kita yang menjaga, siapa lagi?” tutupnya.

Editor: Renada Queentanisa Istifari

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *