Bayang di Balik Singgasana Menutup Jagat Rasa dengan Penuh Rasa

Pementasan Drama Bayang di Balik Singgasana (Dokumentasi pribadi)

Purwokerto ̶ Langit mulai gelap ketika penonton satu per satu berdatangan di Aula Bambang Lelono, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jenderal Soedirman. Hari ketiga Jagat Rasa baru saja dimulai. Jagat Rasa merupakan acara pementasan drama dan pameran fotografi yang diselenggarakan oleh mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia angkatan 2023, yang berlangsung pada 10–12 Desember 2023.

Pintu masuk acara telah dibuka sejak pukul 17.00, namun penonton baru diperkenankan masuk ke aula pada pukul 18.00. Sambil menunggu, penonton memanfaatkan waktu untuk melihat pameran fotografi yang mengisi ruang depan aula, sebelum akhirnya diarahkan menuju ruang pertunjukan.

Pameran Fotografi Spektrum Waktu
(Dokumentasi pribadi)

Setibanya di dalam aula, suasana terasa redup. Cahaya lampu sengaja diminimalkan, menyisakan sorot dari layar LED yang menampilkan teaser Jagat Rasa. Beberapa menit menjelang pertunjukan dimulai, suara penonton mulai memenuhi ruangan. Aula kian padat, menandakan antusiasme yang tak surut hingga hari terakhir.

Tepat pukul 19.30, pertunjukan dimulai. Seorang narator membacakan pengantar naskah drama. Lampu perlahan dipadamkan, lalu berganti dengan pencahayaan panggung yang menandai dimulainya pementasan Bayang di Balik Singgasana, adaptasi dari naskah Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya.

Pementasan Bayang di Balik Singgasana digerakkan oleh empat tokoh utama yang menghidupkan panggung dengan perannya masing-masing. Wulan memerankan sosok Gusti Biang, Zelda hadir sebagai Nyoman, Ulfa tampil sebagai Simbok Purbani, sementara Silvia memerankan Ida Ayu. Pementasan ini berada di bawah arahan sutradara Zannufa Rif’atun Nissa dengan pendampingan asisten sutradara Titania Vidiyaningsih dan hanya melibatkan sedikit pemain. Meski demikian, panggung tetap terasa padat dan hidup. Setiap aktor tampil kuat, saling mengisi, dan membawa cerita berjalan secara utuh.

Salah satu adegan Bayang di Balik Singgasana
(Dokumentasi pribadi)

Akting, tata panggung, iringan musik, serta tata cahaya saling melengkapi, membangun suasana yang hidup dan penuh makna. Salah satu adegan yang paling mencuri perhatian terjadi saat Nyoman berdebat dengan Gusti Biang. Perintah agar Nyoman meninggalkan kerajaan memicu ledakan emosi yang selama ini terpendam. Ketegangan tersebut diselipi pembawaan yang jenaka, memancing tawa penonton di tengah konflik yang serius.

Menjelang akhir cerita, suasana kembali berubah. Drama ditutup dengan adegan perdamaian. Para tokoh berpelukan, menghadirkan haru yang terasa di seluruh ruangan. Lampu pertunjukan perlahan meredup, menandakan akhir pementasan, disambut tepuk tangan meriah dari penonton yang memenuhi aula.

Cuplikan adegan menjelang akhir pementasan Bayang di Balik Singgasana
(Dokumentasi pribadi)

Bayang di Balik Singgasana mengisahkan pertemuan antara kaum bangsawan dan kaum sudra yang dipisahkan oleh kasta, namun dipertautkan oleh takdir. Di balik kehormatan dan status sosial, tersimpan luka, kasih sayang, serta penyesalan yang tak terucap. Pementasan ini tidak hanya menjadi penutup Jagat Rasa, tetapi juga menghadirkan refleksi tentang kemanusiaan, perbedaan, dan perdamaian.

Editor: Ika Sari Nur Widya

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *