Pementasan “Di Balik Singgasana” di Kampus Ilmu Budaya

Kampus Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman rupanya tak pernah diberi kesempatan untuk sepi dan memulihkan diri dari aktivitas manusia yang sibuk. Pukul lima sore, Jumat, 12 Desember 2025, terlihat beberapa kios makanan berjejer di halaman kampus. Cuaca yang panas, dan angin yang bersembunyi entah ke mana, membuat es teh menjadi minuman terlaris sore itu.

Gedung serbaguna Bambang Lelono, depannya telah disulap menjadi tempat pameran foto-foto jurnalistik yang sangat menarik. Di dalam Gedung itu, gelap gulita, hanya suara dari sound sistem dan video di layar proyektor diputar berulang-ulang. Mahasiswa mengantri di depan, mengonfirmasi kehadiran dan mencoba tak terlewat tontonan.

Tontonan ini merupakan projek penyutradaraan mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia semester lima, yang rutin diadakan setiap tahun.

Entah kenapa sore itu benar-benar panas, pendingin udara pun tak bisa mengusir hawa panas itu. Walaupun, sesak dan penuh, penonton tampak tetap kondusif, menyedot es teh mereka hingga tandas. Aroma tempura goreng juga menguar ke seluruh penjuru ruangan, membuat penonton lain lapar sebelum drama dimulai.

Akhirnya, drama berjudul “Di Balik Singgasana” pun dimulai. Berpasang-pasang mata langsung fokus tanpa berkedip. Satu per satu tokoh dikenalkan, membawa ciri khas mereka masing-masing. Ada tokoh Tiang yang penyabar, ada pula tokoh Gusti yang suka marah-marah, sampai-sampai penonton pun nampaknya ikut ingin marah. Namun, di tengah cerita penonton juga dibuat tertawa, seolah emosi penonton sengaja diombang-ambingkan.

Usai bersenang-senang dengan kelucuan singkat, penonton kembali dibuat tegang oleh konflik yang tak usai-usai. Tokoh Tiang yang terusir dan tokoh Ida Ayu yang diceritakan sebagai sahabat Tiang memasuki alur cerita, menciptakan pertarungan mulut dengan sang Gusti yang pemarah.

Akhir cerita membuat penonton terperangah, plot twist yang tak terpikirkan. Namun, cukup memuaskan sebagai penutup pementasan drama. Riuh tepuk tangan menyambut ditutupnya tirai. Di tengah panas yang belum juga reda, penonton perlahan beranjak pulang, membawa tawa yang sempat pecah, juga konflik yang masih tertinggal di kepala.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *