Fenomena Bahasa di Media Sosial: Antara Ekspresi Digital dan Tantangan Berbahasa Baku

Fenomena Bahasa Typo di Media Sosial TikTok (Sumber: Akun TikTok @zxyzsnya)

Purwokerto – Di era komunikasi digital yang serba cepat, kesalahan pengetikan atau typo bukan lagi sekadar kekeliruan teknis, melainkan telah menjadi bagian dari gaya berbahasa baru di media sosial. Fenomena ini kian marak di kalangan remaja, khususnya pengguna Instagram, TikTok, dan WhatsApp yang gemar menggunakan singkatan dan ejaan tidak baku untuk mengekspresikan diri secara lebih santai dan akrab.

Bahasa typo berasal dari istilah typographical error, yang berarti kesalahan dalam proses mengetik teks. Kesalahan ini dapat terjadi karena kecepatan mengetik yang tinggi, kurangnya perhatian, atau penggunaan perangkat digital seperti layar sentuh yang sensitif. Di media sosial, bahasa typo berkembang menjadi gaya komunikasi yang khas dan dianggap wajar oleh para penggunanya.

Menurut hasil penelitian dari Universitas Negeri Medan (Nababan dkk., 2024) dalam Jurnal Bahasa Daerah Indonesia Vol. 1 No. 3 yang berjudul “Tantangan Bahasa di Era Digital Terhadap Kesalahan Berbahasa Dalam Komunikasi Media Sosial”, mengungkapkan bahwa kesalahan berbahasa seperti typo, penggunaan singkatan, emotikon, dan ejaan tidak baku merupakan bentuk adaptasi terhadap komunikasi digital yang serba cepat dan ekspresif. Para peneliti menilai bahwa fenomena ini mencerminkan kreativitas linguistik pengguna, namun dapat menurunkan kepekaan terhadap kaidah bahasa baku jika tidak disertai dengan kesadaran berbahasa yang baik.

Pengguna yang paling banyak menerapkan gaya bahasa typo adalah remaja yang aktif bermain di platform seperti TikTok dan WhatsApp. Di TikTok, fenomena ini berkembang pesat karena pengguna tidak hanya menulis dalam bentuk teks, tetapi juga mengucapkan atau menyematkannya dalam video sebagai bagian dari gaya ekspresi.

Contoh Typo di Tiktok

Sementara itu, di WhatsApp, bentuk bahasa typo umumnya muncul dalam obrolan pribadi atau grup, di mana pengguna menggunakan singkatan seperti “otw” (on the way), “bntar” (sebentar), atau “udh” (sudah) untuk mempercepat komunikasi. Penelitian yang dilakukan oleh Dewani dkk., (2024) menyebutkan bahwa kesalahan berbahasa yang sering muncul di platform tersebut berpotensi menimbulkan miskomunikasi dan kesalahpahaman antar pengguna.


Contoh Typo di WhatsApp (Sumber: Obrolan MHN)
Contoh Typo di WhatsApp (Sumber: Obrolan MHN)

Fenomena ini mulai meningkat sejak awal dekade 2020-an, seiring dengan pesatnya pertumbuhan penggunaan media sosial berbasis pesan singkat. Platform seperti WhatsApp, Instagram, dan TikTok menjadi wadah utama penyebaran bahasa typo.

Menurut Ela (19), salah satu pengguna aktif media sosial, mengungkapkan bahwa penggunaan bahasa typo merupakan bentuk komunikasi yang lebih cepat dan efisien. “Kita kan ingin menyampaikan pesan secara cepat tanpa ribet, oleh karena itu kita menggunakan singkatan seperti ‘bgt’ atau ‘gpp’ , kata-kata tersebut sudah biasa digunakan. Lagian, gaya penulisan seperti itu juga membuat obrolan kita menjadi lebih akrab dan tidak kaku, apalagi di TikTok atau Instagram,” ujarnya.

Hasil penelitian Nababan dkk., (2024) menunjukkan bahwa fenomena typo dan kesalahan ejaan di media sosial muncul sebagai konsekuensi dari kebiasaan mengetik cepat dan penggunaan perangkat digital yang tidak mendukung ketepatan bahasa. Namun, para peneliti juga menilai bahwa gejala ini merupakan bentuk adaptasi linguistik generasi muda terhadap perubahan pola komunikasi yang lebih dinamis dan fleksibel.

Dengan demikian, fenomena bahasa di media sosial bukan hanya mencerminkan kelalaian pengguna dalam berbahasa, tetapi juga menunjukkan adanya dinamika dan kreativitas linguistik di era digital. Tantangannya kini adalah bagaimana cara kita untuk menjaga keseimbangan antara kebebasan berekspresi dengan kesadaran berbahasa baku agar nilai dan fungsi Bahasa Indonesia tetap terjaga di tengah arus komunikasi yang serba cepat.

Editor: Nur Alysa Qotrunnada

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *