Dari Niat Orang Tua hingga Panggilan Hati: Perjalanan Inspiratif Seorang Bidan Mandiri

Banyumas- Menjadi bidan bukanlah cita-cita awal bagi Bidan Sumi’pah, A.Md.Keb., seorang tenaga kesehatan yang kini membuka praktik mandiri di kediamannya. Namun, dorongan dan doa orang tua membuatnya menapaki jalan hidup yang kini justru menjadi sumber kebahagiaan dan kepuasan batin tersendiri.

Awalnya, Sumi’pah tidak memiliki keinginan khusus untuk menjadi bidan. Ia bercerita, minat itu justru berawal dari pengalaman ibunya saat merawat adiknya yang menderita kanker. “Ibu saya sering melihat para perawat dan bidan di rumah sakit. Katanya, beliau senang sekali bisa membantu orang sakit. Sejak itu, beliau berharap anaknya bisa jadi bidan,” kenangnya.

Meski begitu, jalan untuk mewujudkan harapan itu tidak mudah. Latar belakang ekonomi keluarga membuatnya harus menunda kuliah. Setelah lulus SMA, ia memilih bekerja di luar negeri selama tujuh tahun agar bisa menabung dan melanjutkan pendidikan. “Biaya sekolah kebidanan cukup mahal, jadi saya memutuskan untuk bekerja terlebih dahulu. Setelah pulang, baru saya kuliah di Universitas Muhammadiyah Purwokerto,” ujarnya.

Selama masa kuliah dan praktik, banyak pengalaman berkesan yang membentuk keahliannya. Salah satu momen yang tak terlupakan adalah saat praktik di Rumah Sakit Margono Soekarjo. “Waktu itu saya disuruh  untuk mencoba pemeriksaan dalam pada ibu yang melahirkan. Itu tantangan besar karena kita harus memahami kondisi pasien hanya lewat perabaan, tanpa melihat,” ujarnya. Pengalaman itu menjadi titik awal di mana ia benar-benar merasakan panggilan hati sebagai bidan.

Namun, di balik kisahnya yang inspiratif, profesi bidan bukan tanpa tantangan. Menurutnya, seorang bidan harus menguasai ilmu, keterampilan, dan empati secara seimbang. “Kita menolong orang yang sedang kesakitan, jadi nggak boleh emosi. Harus sabar dan punya rasa empati tinggi,” ungkapnya dengan tegas.

Kini, setelah membuka praktik mandiri, Sumi’pah berharap para bidan terus menjaga profesionalisme dan kompetensi mereka. “Menjadi bidan itu tidak boleh di lakukan sembarangan, karena kita menolong nyawa manusia. Harus terus belajar, update ilmu, dan berkompeten,” pesannya penuh semangat.

Editor: Lintang Nasywaa Salsabila

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *