Purwokerto — Bidan sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak memiliki peran krusial di tengah dinamika kesehatan masyarakat. Dalam sebuah wawancara dengan Bidan. Tri Maryati, seorang profesional ahli kebidanan, menjelaskan secara rinci tantangan utama yang dihadapi ibu hamil saat ini. Ia mengungkapkan bahwa risiko utama kehamilan yang paling sering ditemui adalah anemia, hipertensi termasuk preeklamsia, perdarahan, infeksi, diabetes, dan mual muntah parah (Hiperemesis gravidarum).
Menurut Tri, peran bidan sangat penting dalam penanganan masalah-masalah tersebut. “Peran kami sangat penting, terutama dalam deteksi dini melalui pemeriksaan antenatal rutin dan skrining menggunakan buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak),” jelasnya. Ia menambahkan bahwa penanganan dini sangat krusial. “Misalnya, anemia dapat diatasi dengan suplementasi zat besi, sementara preeklamsia dan diabetes gestasio memerlukan pemantauan medis ketat. “Kami juga memberikan edukasi kepada ibu hamil dan keluarganya mengenai faktor-faktor risiko, pentingnya kebersihan, pola makan sehat, dan pemeriksaan kehamilan yang teratur,” tegasnya.
Terkait proses persalinan, Tri menjamin standar keamanan profesional. Mengenai pendampingan persalinan, ia mengatakan, “Orang yang mendampingi saat menolong persalinan adalah teman sejawat bidan. Sudah memenuhi standar karena memiliki izin bidan dan sertifikat uji kompetensi bidan.” Di sisi lain, untuk mengatasi kecemasan dan stres pada ibu hamil, Tri fokus pada dukungan mental. “Bidan membantu ibu hamil merasa nyaman dan mengurangi kecemasan dengan cara memberikan informasi yang jelas dan akurat. Lalu menciptakan ruang aman untuk berbicara dan berbagi perasaan,” ujarnya. Ia juga menganjurkan latihan relaksasi: “Teknik pernafasan, afirmasi positif, dan mengajarkan ibu teknik yoga dan meditasi untuk menciptakan rasa aman dan tenang.”

Tri juga menyoroti tren peningkatan ibu hamil yang memilih operasi caesar meskipun secara medis bisa melahirkan normal yang dipengaruhi oleh preferensi kenyamanan dan kontrol waktu persalinan. Ia menjelaskan perannya dalam konseling: “Bidan berperan memberikan informasi dan edukasi yang seimbang, mendorong ibu hamil untuk mempertimbangkan persalinan normal, serta memfasilitasi konsultasi dengan dokter kandungan untuk memastikan keputusan yang terbaik bagi ibu dan bayi.”
Mengenai perencanaan kehamilan ideal, Tri menekankan pentingnya edukasi sejak dini. “Waktu yang tepat bagi bidan untuk memberikan edukasi kesehatan reproduksi adalah sejak remaja, sekitar usia 12 sampai 24 tahun. Dengan begitu, mereka memiliki dasar yang kuat untuk menjaga kesehatan reproduksi jangka panjang,” paparnya.
Terakhir, ia mengingatkan pentingnya memperhatikan faktor lingkungan yang berisiko bagi ibu hamil. Tri menjelaskan bahwa paparan polusi udara, bahan kimia toksik seperti pestisida, dan logam berat dapat menyebabkan kecacatan janin maupun keguguran. Selain itu, sanitasi yang buruk, keterbatasan air bersih, serta ventilasi rumah yang tidak memadai juga berhubungan dengan meningkatnya risiko infeksi. Ia menambahkan, keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan di daerah terpencil sering kali menghambat penanganan kegawatdaruratan pada ibu hamil dan bersalin.
Komitmen Tri dalam memberikan pelayanan yang holistik menjadi kunci untuk mewujudkan kehamilan yang sehat dan aman di masyarakat.
Editor: Nada Naila Salsabila
