
Combro (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Banyumas–Di tengah gempuran makanan modern seperti takoyaki, kebab, hingga minuman kekinian, keberadaan combro masih menjadi daya tarik tersendiri di kalangan masyarakat Banyumas. Kudapan tradisional berbahan dasar singkong ini memiliki keunikan karena menggunakan dage atau sebagainya seperti ampas tahu atau ranjem isiannya, berbeda dengan combro Sunda yang memakai oncom.
Sejak lama, combro menjadi camilan favorit di pedesaan. Tekstur luarnya yang renyah berpadu dengan isian dage gurih pedas menjadikannya makanan sederhana, tetapi mampu membangkitkan selera.
Salah satu penjual combro, Tarisah (59), yang membuka usaha dengan berjualan keliling di desa karanglewas kidul, Banyumas, menuturkan bahwa combro tetap digemari pembeli dari berbagai usia.
“Kalau di sini combro isinya dage, bukan oncom. Itu memang khas Banyumas. Rasanya gurih, apalagi kalau dimakan waktu masih hangat. Banyak anak muda sekarang yang juga suka,” ujar Tarisah sambil menata combro goreng di atas tampah .
Ibu Tarisah mengaku, rahasia kelezatan combro ada pada kesegaran bahan. Singkong diparut halus, lalu dibalutkan pada isian dage yang telah dibumbui bawang, cabai, dan gula, garam. Setelah digoreng hingga berwarna keemasan, aroma khasnya langsung mengundang selera.
“Bikin combro sekitar tahun 2010-an. Sampai sekarang alhamdulillah tetap laku. Harganya murah banget, hanya 2 ribu per bungkus isi tiga . Banyak yang beli buat camilan sore ,” tambahnya.
Meski jajanan modern semakin mendominasi pasar dengan ragam rasa dan tampilan yang menarik, combro khas Banyumas tetap bertahan sebagai sajian tradisional yang digemari masyarakat karena cita rasanya yang gurih dan autentik.
Hingga kini, combro tetap hidup sebagai bagian dari identitas kuliner Banyumas. Ia bukan sekadar camilan, melainkan simbol kekuatan tradisi bahwa, kesederhanaan yang lahir dari tanah dan tangan sendiri mampu menembus zaman, menjaga rasa, dan mengikat hati banyak orang.
Selama masih ada masyarakat yang mencintai dan melestarikannya, combro akan tetap hadir bukan hanya sebagai makanan, tetapi juga sebagai simbol bahwa tradisi mampu berjalan seiring dengan perkembangan zaman. Lebih dari itu, combro adalah pengingat bahwa menjaga kuliner lokal berarti menjaga akar budaya, kebersamaan, dan jati diri yang menyatukan generasi demi generasi.
Editor : Nabila Aulia Sevira