Pekuncen – Di sebuah desa di Karangkemiri, terdapat warung sederhana yang selalu ramai didatangi pembeli. Warung itu bernama “Mie Ayam Mama Allen”, milik Ibu Novi, seorang ibu rumah tangga yang berhasil menjadikan olahan mie ayam sebagai penghidupan utama keluarganya.
Sejak pukul 11.00 pagi hingga malam hari, aroma kaldu gurih dari warung kecil milik Novi sudah tercium hingga ke jalan desa. Banyak warga, mulai dari anak-anak sekolah, petani sepulang dari sawah, hingga perantau yang pulang kampung, singgah untuk menikmati seporsi mie ayam hangat racikan khas Mie Ayam Mama Allen.
Usaha ini mulai dirintis Novi sejak tahun 2021. Nama “Mama Allen” ia pilih sebagai penghormatan sekaligus doa untuk anak bungsunya, Allen. “Saya ingin usaha ini ada kenangan untuk anak, makanya saya beri nama ‘Mie Ayam Mama Allen’,” ujar Ibu Novi.
Dalam sehari, Novi mampu menghabiskan sekitar 40 kilogram mie dan beberapa ekor ayam untuk dibuat topping ayam kecap dan kuah kaldu. Semua bahan ia olah sendiri dengan resep turun-temurun. “Saya selalu pakai ayam segar dan bumbu alami, jadi rasanya tetap terjaga. Pelanggan bilang kuah saya gurih dan beda dari yang lain,” katanya.
Banyak pelanggan yang sudah menjadi langganan bertahun-tahun. Salah satunya Mas Vanda, warga desa setempat. “Kalau makan mie ayam di sini rasanya puas. Kuahnya mantap, porsinya pas, dan harganya juga murah. Saya hampir setiap minggu makan di sini,” tuturnya.
Harga seporsi Mie Ayam Mama Allen dipatok Rp10.000. Meski sederhana, Ibu Novi tetap konsisten menjaga rasa dan pelayanan. “Yang penting jujur, ramah, dan menjaga kualitas. Rezeki sudah ada yang ngatur, jadi tidak perlu khawatir dengan persaingan,” jelasnya.
Dari warung kecil itu, Novi mampu membiayai pendidikan anak-anaknya hingga jenjang menengah. Ia berharap kelak usaha Mie Ayam Mama Allen bisa terus bertahan, bahkan mungkin diteruskan oleh anak-anaknya. “Kalau mereka mau nerusin, tentu saya bangga. Tapi kalau tidak, yang penting mereka sekolah dulu,” tambahnya.
Kini, Mie Ayam Mama Allen tidak hanya dikenal sebagai tempat makan, tetapi juga sebagai titik berkumpul warga desa. Banyak orang menjadikannya ruang untuk bercengkerama, bertukar cerita, hingga sekadar melepas lelah sambil menikmati semangkuk mie ayam hangat di tengah suasana pedesaan yang damai.
Editor : Irhan Sasi Kirana