Mirasa Putra: Menyelami Rasa dan Sejarah Getuk Goreng Sokaraja – Warisan Kuliner yang Tidak Lekang Waktu

Getuk Goreng Sokaraja (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

PURBALINGGA – Jika berkunjung ke Sokaraja, kurang lengkap rasanya jika kita tidak mencicipi getuk goreng. Camilan berwarna cokelat keemasan ini sangat menggoda dengan rasa manis legit dan tekstur renyah di luar namun lembut di dalam.

Getuk goreng Sokaraja merupakan makanan tradisional khas Kabupaten Banyumas yang masih menjadi primadona oleh-oleh hingga saat ini. Getuk goreng Sokaraja terus mempertahankan eksistensinya sebagai salah satu ikon kuliner tradisional Banyumas. Salah satu produsen yang konsisten menjaga cita rasa khasnya adalah Rumah Produksi Oleh-Oleh Mirasa Putra, yang terletak di Kota Purbalingga. Toko ini sudah berdiri sejak tahun 1987 sebagai pengembangan dari produk Mirasa yang sudah ada sejak 1965.

Di balik produksi getuk goreng ini, terdapat sosok Yati (45 tahun) yang sudah mengabdikan diri sejak tahun 1998. Selama 27 tahun, ia setia meracik camilan manis legit berbahan dasar singkong dan gula jawa tersebut.

Getuk goreng sendiri memiliki sejarah yang unik. Camilan ini pertama kali dibuat pada tahun 1918 oleh seorang penjual nasi rames bernama Sanpirngad di Sokaraja, Banyumas. Berawal dari ide menggoreng getuk yang tidak habis terjual, ternyata camilan tersebut justru digemari oleh masyarakat. Sejak saat itu, getuk goreng berkembang dan kini telah ditetapkan sebagai warisan budaya nasional bukan benda.

Proses pembuatan getuk goreng cukup sederhana. Dimulai dengan pemilihan bahan baku seperti singkong dan gula jawa, kemudian kedua bahan tersebut dicampur, digiling halus, lalu digoreng hingga berwarna cokelat keemasan. Ciri khasnya terletak pada aroma harumnya, tekstur luar yang renyah namun lembut di dalam, serta rasa manis legit dari gula jawa asli. Ia juga menambahkan bahwa singkong terbaik untuk bahan baku yaitu singkong yang berasal dari Wonosobo, karena hasil akhir untuk getuk goreng yang terbuat dari singkong Wonosobo akan terasa lebih pulen dan manis alami.

Bagi masyarakat Banyumas, getuk goreng memiliki nilai budaya tersendiri. “Banyak orang yang merasa belum lengkap rasanya jika berkunjung ke Banyumas tetapi tidak membeli getuk goreng Sokaraja sebagai buah tangan,” ujar Yati.

Mirasa Putra menjual getuk goreng dengan harga 36 ribu per kilogram dan 18 ribu untuk setengah kilogram. Sehingga dengan harga yang relatif murah, getuk goreng Sokaraja mudah dijangkau oleh berbagai kalangan.  

Produksi getuk goreng biasanya meningkat saat akhir pekan, libur panjang, dan terutama setelah Lebaran. Meski menghadapi tantangan berupa ketersediaan singkong yang berkualitas, Yati tetap berupaya menjaga konsistensi rasa. Untuk strategi pemasaran, Mirasa Putra memanfaatkan media sosial, membuka cabang di daerah Kandang Gampang, Kabupaten Purbalingga, dan tetap mempertahankan kemasan tradisional berupa besek bambu.

Dalam menjaga kualitas rasa, Yati tetap mempertahankan resep turun-temurun. Ia menggunakan gula jawa asli tanpa campuran serta minyak kemasan agar hasilnya sempurna. “Kuncinya ada di pemilihan bahan baku segar dan proses penggorengan yang tepat,” jelasnya.

Keunikan getuk goreng juga diakui penikmatnya, salah seorang penikmat bernama Rafina Dian Fauziyyah atau yang kerap disapa Fina, mengatakan bahwa “Perpaduan rasa manis gula jawa dan gurihnya singkong, serta teksturnya yang lembut dan sedikit kenyal, menjadi pembeda antara getuk goreng dengan camilan modern.” Selain itu, Fina mengaku lebih menyukai varian original karena menurutnya varian tersebut dianggap paling khas.

Baik produsen maupun penikmat berharap generasi muda dapat turut serta dalam melestarikan kuliner ini. “Harus dipertahankan cita rasanya dan dikenalkan kepada generasi muda, misalnya melalui festival makanan tradisional ataupun wisata kuliner tradisional, agar getuk goreng tidak hilang dan tetap lestari. Jangan sampai kalah dengan makanan modern,” pesan Yati.

Fina juga menambahkan, agar semakin dikenal luas, getuk goreng perlu dipromosikan melalui media sosial, dijual melalui platform online, serta dibuat varian rasa modern seperti cokelat dan keju tanpa menghilangkan cita rasa asli.

Getuk goreng Sokaraja bukan hanya sekadar camilan, melainkan simbol budaya yang menyatukan kenangan, cita rasa, dan identitas Banyumas. Dengan inovasi sekaligus menjaga keaslian, getuk goreng Sokaraja diyakini akan terus bertahan sebagai identitas kuliner khas Banyumas yang membanggakan, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional.

Editor: Miftakhul Sholehah

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *