
Purwokerto – Istilah “stecu”, kependekan dari stelan cuek, kini menjadi fenomena bahasa sehari-hari bagi generasi z. Kata ini menggambarkan sikap seseorang yang tampak acuh tak acuh, namun sebenarnya tetap memperhatikan atau memiliki perasaan tersembunyi.
“Stecu” pertama kali populer lewat lagu “Stecu Stecu” karya Faris Adam. Dalam lagu tersebut, karakter perempuan menggunakan sikap stecu untuk menguji keseriusan pria yang disukainya, meski ia sendiri memiliki perasaan yang sama. Istilah ini mencerminkan fenomena sosial di mana anak muda berpura-pura cuek tetapi tetap memperhatikan orang lain.
Ungkapan ini paling banyak digunakan oleh Gen Z, terutama pengguna aktif TikTok, Instagram, dan platform pesan singkat. Kata “stecu” muncul dalam komentar, caption, hingga percakapan sehari-hari, dan sering dipakai untuk menggambarkan dinamika hubungan yang penuh teka-teki namun relatable.
Sejak lagu “Stecu Stecu” viral pada pertengahan 2025, istilah ini menyebar luas di TikTok dan platform media sosial lain seperti Instagram Reels, Twitter, dan WhatsApp. Kini, “stecu” menjadi bagian dari kosakata anak muda Indonesia.
Istilah ini menarik karena mampu menyatukan ekspresi emosi tersembunyi dengan cara yang ringan dan mudah dipahami. Banyak Gen Z merasa kata ini mewakili pengalaman mereka dalam percintaan, pertemanan, dan interaksi sosial, sehingga cepat menjadi viral.
Contohnya, seseorang tampak tidak peduli pada aktivitas orang yang disukainya, tapi diam-diam tetap memantau perkembangan mereka. Kata ini juga dipakai dalam caption media sosial, komentar video, atau meme untuk mengekspresikan sikap pura-pura cuek secara humoris dan relatable.
Fenomena “stecu” menunjukkan bagaimana lagu dan media sosial bisa menciptakan bahasa baru yang cepat menyebar di kalangan anak muda. Dari TikTok hingga obrolan sehari-hari, istilah ini menjadi cara Gen Z mengekspresikan perasaan dengan gaya yang ringan, santai, tapi tetap mengena.
