Ekspresi Digital Paling Populer di Kalangan Gen Z untuk Beragam Emosi: Crying Face

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Cilacap — Emoji crying face 😭 kini menjadi salah satu simbol paling dominan dalam komunikasi digital generasi Z. Meski secara visual menggambarkan tangisan, emoji ini justru berkembang menjadi medium ekspresi serbaguna yang mampu mewakili beragam emosi, mulai dari kelucuan, rasa haru, kebahagiaan berlebihan, hingga sindiran halus. Tren penggunaan emoji ini tampak kuat dalam percakapan Gen Z di platform media sosial seperti WhatsApp, Instagram, dan TikTok.

Contoh penggunaan crying face emoji pada platform digital (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Afriani, pengguna aktif media sosial dari kalangan Gen Z, menyebut emoji crying face sebagai bahasa kedua bagi genarasinya. Ia menilai emoji tersebut praktis dan langsung dipahami tanpa perlu penjelasan tambahan. “Kalau di WhatsApp atau Instagram, paling sering pakai emoji menangis buat respons apa pun. Lucu, sedih, kaget, bahkan saat senang banget pun pakai itu. Rasanya lebih ekspresif,” ujarnya. Menurutnya, teman-temannya juga langsung memahami konteks penggunaannya sehingga komunikasi terasa lebih cepat dan akrab.

Di platform WhatsApp, emoji crying face kerap digunakan untuk mempertegas suasana dalam percakapan. Baik saat bercanda,berbagi cerita, maupun menanggapi sesuatu yang memicu emosi, satu emoji dianggap cukup untuk mewakili perasaan pengirim. “Kadang cuma balas satu emoji 😭 dan orangnya langsung mengerti,” ujar Afriani.

Sementara itu, di Instagram, emoji crying face banyak ditemukan pada kolom komentar maupun caption. Pengguna mengandalkannya untuk menandai reaksi kuat terhadap konten humor, unggahan estetik, atau momen sentimental. Afriani menggambarkan tren tersebut sambil tertawa, “Kalau lihat postingan lucu atau aesthetic, pasti ada yang komentar ‘cantik banget 😭😭😭’. Itu sudah menjadi gaya bahasa khas anak Instagram sekarang.”

Di TikTok, penggunaan emoji crying face semakin luas dan kreatif. Emoji ini kerap dipadukan dengan tren audio, meme, atau video singkat untuk menunjukkan reaksi spontan maupun perasaan campur aduk. Menurut Afriani, emoji tersebut bahkan dapat menjadi punchline tersendiri. “Di TikTok itu seru, karena emoji crying face bisa menjadi bagian lucu dari komentarnya. Kadang tanpa kata-kata pun sudah lucu,” katanya.

Fenomena meluasnya penggunaan emoji crying face menunjukkan bahwa komunikasi visual telah menjadi bahasa baru bagi Gen Z. Penggunaannya dianggap mampu merangkum emosi kompleks dalam satu simbol sederhana. Selain itu, ketika satu pengguna memakainya, pengguna lain cenderung merespons dengan cara serupa. Pola tersebut menciptakan dinamika percakapan yang lebih akrab dan membangun humor kolektif di komunitas digital.

Makna emoji crying face pun kini semakin luas. Meski awalnya identik dengan tangisan, Gen Z menggunakan emoji ini untuk mengekspresikan berbagai keadaan emosional seperti terharu, kagum, tidak tahu harus berkata apa, frustasi ringan, hingga kebahagiaan berlebihan. Dalam konteks tertentu, emoji ini bahkan menjadi ekspresi dramatis yang dipakai untuk bercanda. “Intinya, emoji crying face itu serbaguna. Tinggal melihat konteksnya,” tutur Afriani.

Fenomena ini menunjukkan bahwa bahasa digital terus berkembang mengikuti kreativitas penggunanya. Bagi Gen Z, satu emoji dapat menyampaikan banyak makna dengan cara yang lebih cepat, lebih dekat, dan lebih mengena dibandingkan rangkaian kata panjang.

Di balik satu wajah menangis itu, tersimpan revolusi kecil yang mengubah cara Gen Z mengekspresikan dunia batin mereka di ruang digital.

Editor: Malikhatun Khasanah



Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *