
Menjadi mahasiswa di era sekarang bukan hanya soal nilai dan tugas. Banyak yang harus bertahan di tengah tekanan, baik dari keluarga, lingkungan kampus, maupun diri sendiri. Tidak semua mendapat dukungan untuk mimpi yang mereka kejar, dan tidak semua berjalan sesuai harapan. Di titik itu, keteguhan seperti Na Hee-Do dalam Twenty-Five Twenty-One menjadi pelajaran yang relevan.
Hee-Do berjuang tanpa restu ibunya, dengan tekad kuat untuk membuktikan bahwa mimpinya layak diperjuangkan. Ia pindah sekolah demi terus menekuni anggar dan bertemu idolanya, meski harus menghadapi kenyataan bahwa idola yang dikaguminya justru menjadi pesaing. Namun, ia tidak berhenti. Ia terus berlatih hingga akhirnya berdiri sejajar dengan idolanya. Sikap itu mencerminkan keteguhan yang seharusnya juga tumbuh dalam diri mahasiswa masa kini yang sering goyah ketika tidak mendapat dukungan dari sekitarnya.
Kondisi serupa tercermin dalam kehidupan nyata. Penelitian di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta menemukan bahwa sekitar 70% mahasiswa mengalami stres karena beban akademik, tugas akhir, dan aktivitas organisasi. Sementara itu, studi di Universitas Hasanuddin juga menunjukkan bahwa 54% dari 376 mahasiswa memiliki gejala stres dan terdapat hubungan signifikan antara pengelolaan stres dan kesehatan mental. Angka tersebut menunjukkan bahwa tekanan psikologis di kalangan mahasiswa bukan persoalan sepele, melainkan tantangan serius yang membutuhkan daya juang kuat.
Mahasiswa perlu menumbuhkan kembali kemampuan untuk bertahan, bukan dengan menekan diri, tetapi dengan mengenali batas dan kebutuhan mereka sendiri. Ketika dukungan tidak datang, solusi bukanlah menyerah, melainkan mencari lingkungan yang bisa menumbuhkan semangat. Komunitas kecil, organisasi positif, atau teman seperjuangan dapat menjadi ruang untuk saling menguatkan.
Keteguhan bukan berarti keras kepala, melainkan kemampuan untuk tetap melangkah meski rencana tidak berjalan sesuai harapan. Seperti Na Hee-Do yang memilih terus berlatih di tengah penolakan, mahasiswa perlu belajar melihat kegagalan sebagai bagian dari proses, bukan akhir dari perjalanan. Sebab pada akhirnya, yang menentukan bukan seberapa besar dukungan yang didapat, tapi seberapa yakin kita untuk terus berusaha.
Editor: Khansa Rufi Khafizah
