Purwokerto – Perkembangan pesat Kecerdasan Buatan (AI) membawa peluang inovasi tak terbatas, namun di sisi lain juga menghadirkan ancaman serius seperti penyebaran informasi palsu tingkat tinggi, khususnya melalui teknologi deepfake. Dalam lanskap digital yang kian kompleks ini, literasi digital memegang peran yang sangat kritis sebagai garis pertahanan utama bagi masyarakat.
AI menawarkan kemudahan, mulai dari otomatisasi pekerjaan hingga analisis data yang mendalam. Namun, teknologi yang sama juga dimanfaatkan untuk memproduksi konten manipulatif yang sangat meyakinkan. Konten deepfake video, audio, atau gambar yang dimanipulasi secara realistis oleh AI telah menjadi senjata disinformasi yang ampuh, mengancam reputasi individu hingga stabilitas politik.
“Di era AI ini, literasi digital harus ditingkatkan dari sekadar mampu menggunakan menjadi mampu membedakan. Jadi kita harus mampu mengenali pola manipulasi, dan selalu melakukan cross-check sebelum mempercayai atau menyebarkan informasi, terutama yang datang dari sumber yang mencurigakan,” ujar Dyah setiawati.
Literasi digital memungkinkan individu untuk memanfaatkan peluang cerdas yang ditawarkan AI, sambil secara proaktif menghindari dan melaporkan jebakan deepfake. Pendidikan mengenai jejak digital, privasi data, serta etika dalam menggunakan dan berinteraksi dengan AI menjadi keharusan, agar masyarakat tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga pengguna yang bijak dan bertanggung jawab.
Peran Kritis Literasi Digital di Era Kecerdasan Buatan (AI): Antara Peluang Cerdas dan Jebakan Deepfake.
