Ancaman di Lingkungan Pendidikan: Bullying Masih Jadi Masalah Serius

Purwokerto — Fenomena bullying di sekolah semakin terlihat jelas dari tahun ke tahun. Berbagai kasus yang muncul di lingkungan sekolah hingga media sosial menunjukkan bahwa bullying telah menjadi persoalan serius yang memengaruhi rasa aman siswa dalam belajar. Situasi ini menjadi perhatian publik karena dampaknya tidak hanya merusak kenyamanan belajar, tetapi juga memengaruhi kesehatan mental dan perkembangan remaja.

Data terbaru JPPI yang dikutip Goodstats, menjelaskan adanya kenaikan tajam kasus kekerasan di lingkungan pendidikan pada 2024. Jika pada 2023 terdapat 285 kasus, maka pada 2024 jumlahnya melonjak menjadi 573 kasus, naik lebih dari 100 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dari total tersebut, sekitar 31 persen berkaitan langsung dengan perundungan. Angka ini memperlihatkan bahwa bullying masih menjadi bentuk kekerasan yang paling dominan di sekolah.

Sementara itu, KPAI melaporkan bahwa sepanjang 2023 terdapat 3.800 kasus perundungan, hampir separuh di antaranya terjadi di sekolah dan pesantren. Kemudian pada tahun 2024, lembaga ini menerima 2.057 pengaduan terkait perlindungan anak, dengan 954 kasus sudah ditindaklanjuti.

Peningkatan angka tersebut menunjukkan bahwa lingkungan sekolah belum sepenuhnya aman bagi siswa. Layanan konseling yang belum merata serta mekanisme pelaporan yang kurang menjamin kerahasiaan membuat banyak korban enggan melapor. Selain itu, maraknya penggunaan media sosial membuat bentuk perundungan semakin meluas ke ranah digital, sehingga tekanan psikologis terhadap korban semakin besar.

Seorang siswa mengungkapkan bahwa komentar merendahkan dan ejekan di media sosial dapat berlangsung terus-menerus dan membuat korban merasa semakin tertekan. Meski demikian, banyak yang memilih diam karena khawatir mendapatkan intimidasi atau balasan dari pelaku.

Melihat data dan kondisi di lapangan, upaya pencegahan dan penanganan bullying perlu diperkuat. Sekolah diharapkan mengembangkan pendidikan karakter yang mendorong empati, membuka layanan konseling yang mudah dijangkau, serta menyiapkan saluran pelaporan yang aman dan rahasia. Guru dan tenaga pendidik juga perlu dibekali pelatihan agar dapat mendeteksi dan merespons tanda awal perundungan secara tepat. Di samping itu, keterlibatan orang tua dan kerja sama dengan lembaga pemerintah menjadi faktor penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman.

Peningkatan kasus bullying ini menjadi pengingat bahwa keamanan dan kesejahteraan siswa harus menjadi prioritas utama. Tanpa upaya yang konsisten dan menyeluruh, dampak jangka panjang pada korban dapat menghambat perkembangan akademik maupun emosional mereka.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *