Bahasa Indonesia Mendunia: FIB Unsoed Gali Peluang dan Strategi Pengajaran BIPA

Purwokerto – Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), menggelar Kuliah Dosen Tamu bertema “Peluang dan Strategi Mengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)”. Acara yang berlangsung di Aula Bambang Lelono ini dihadiri oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan para dosen, serta tamu undangan.

Acara dibuka secara resmi oleh Dr. Memet Sudaryanto, selaku Koordinator Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Unsoed. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi sarana penting bagi mahasiswa untuk memperluas wawasan tentang prospek karier dan peran diplomasi melalui pengajaran Bahasa Indonesia bagi penutur asing. Beliau juga berharap kegiatan semacam ini dapat menumbuhkan semangat mahasiswa untuk berkontribusi dalam memperkenalkan Bahasa Indonesia di tingkat global.

Kuliah dosen tamu ini menghadirkan Dr. Ari Kusmiatun, M.Hum., dosen dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), yang dikenal sebagai pakar BIPA berpengalaman dan pernah mengajar di berbagai universitas dunia, termasuk Yale University, Amerika Serikat. Dalam paparannya, Ari menceritakan perjalanan awalnya mengenal dunia BIPA sejak tahun 1997. Melalui program ini, ia mendapat kesempatan untuk berkeliling dunia, dan Australia menjadi negara pertama yang dikunjunginya.

Menurut Ari, Bahasa Indonesia secara umum terbagi menjadi dua, yaitu Bahasa Indonesia Penutur Indonesia (BIPI) dan Bahasa Indonesia Penutur Asing (BIPA). Pembelajaran BIPA merupakan proses pengajaran Bahasa Indonesia kepada penutur asing dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Proses ini, kata beliau, harus dirancang dengan sadar, terarah, dan terorganisasi agar sesuai dengan kebutuhan pembelajar asing.

Lebih lanjut, Ari menjelaskan bahwa peluang menjadi pengajar BIPA sangat terbuka luas, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Saat ini Bahasa Indonesia memiliki lebih dari 270 juta penutur dan termasuk bahasa dengan jumlah penutur terbesar keempat di dunia. Bahasa Indonesia juga pernah menjadi bahasa ketiga paling banyak digunakan di platform WordPress dan menjadi bahasa resmi dalam sidang UNESCO. Kini, Bahasa Indonesia dipelajari di lebih dari 57 negara dan diajarkan di lebih dari 300 lembaga pendidikan serta universitas di luar negeri.

Ia menambahkan bahwa pengajaran BIPA juga memiliki nilai strategis dalam diplomasi budaya (soft diplomacy) karena melalui bahasa dan budaya, Indonesia dapat memperkuat hubungan antarbangsa. Jenis pembelajaran BIPA pun beragam, seperti BIPA reguler, BIPA akademik, BIPA bisnis, dan BIPA wisata. Berdasarkan standar Kemendikbud tahun 2017, program BIPA terdiri atas tujuh level pembelajaran, dari BIPA 1 hingga BIPA 7, yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

Dalam prinsip pengajarannya, Ari menegaskan bahwa bahasa adalah seperangkat kebiasaan yang digunakan oleh penutur asli dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekadar apa yang dipikirkan untuk dikatakan. Oleh karena itu, pengajar BIPA perlu memahami karakteristik bahasa dan budaya penutur secara mendalam agar pembelajaran menjadi lebih efektif.

Ia juga menyoroti pentingnya penggunaan media dan fasilitas pembelajaran yang bervariasi, seperti gambar, video, rekaman suara, serta benda nyata (realia). Fasilitas kelas seperti peta Indonesia, kalender, jam dinding, radio, televisi, dan majalah berbahasa Indonesia dapat membantu menciptakan suasana belajar yang autentik dan menarik bagi pelajar asing.

Melalui kegiatan ini, mahasiswa diharapkan memperoleh pemahaman yang lebih luas tentang pentingnya peran pengajaran BIPA, sekaligus melihat peluang karier yang terbuka lebar di bidang tersebut. Kuliah dosen tamu ini menjadi momentum penting bagi calon pendidik untuk mempersiapkan diri menjadi duta bahasa dan budaya Indonesia di kancah internasional.

Editor: Qoriatun Munawaroh

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *