( dokumentasi Pribadi )
Purwokerto – Lampu panggung perlahan menyala, memperlihatkan sebuah jalan kecil dengan bangunan sederhana dan aktivitas warga yang tampak akrab. Di sanalah mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia angkatan 2023 kelas A menghadirkan pertunjukan teater Matahari di Sebuah Jalan Kecil karya Arifin C. Noer. Sejak adegan pertama, penonton diajak menyelami kehidupan orang-orang kecil yang dekat dengan realitas sehari-hari.
Tangan Mbok penjual pecel sempat ragu ketika seorang anak muda berdiri di hadapannya dengan kepala tertunduk. Ia mengaku lupa membawa dompet setelah menyantap sepiring pecel. Warung sederhana itu, yang biasanya hanya menjadi tempat mengenyangkan perut, mendadak berubah menjadi ruang ujian bagi rasa percaya dan belas kasih.
Drama singkat ini mengangkat kehidupan masyarakat kecil dengan latar pabrik tahu dan warung pecel. Cerita diawali oleh seorang penjaga pabrik yang menceritakan peristiwa pencurian yang terjadi semalam, seolah menjadi tanda bahwa konflik akan segera muncul.
Adegan berlanjut pada dua pekerja pabrik yang membahas kerasnya hidup, upah yang kecil, serta praktik korupsi yang membuat hasil kerja mereka semakin tak sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan. Dialog tersebut terasa realistis dan dekat dengan keseharian masyarakat.
Suasana kemudian mencair lewat kehadiran dua tokoh jenaka dengan dialog berbahasa ngapak yang memancing tawa penonton. Warung pecel menjadi ruang pertemuan berbagai karakter tempat keluh kesah dan canda bertemu dalam satu panggung.
Konflik memuncak saat anak muda tersebut diminta melepas bajunya sebagai jaminan karena dicurigai pernah mencuri. Ia sempat menolak, namun akhirnya menyerah. Tak lama kemudian, ia kembali dengan wajah sendu dan mengaku sebagai perantau yang sudah berhari-hari tidak makan. Alasan lapar itu meluluhkan hati Mbok. Dengan rasa kasihan, ia mengembalikan baju tersebut.
Namun kebenaran berkata lain. Penjaga pabrik mengungkap bahwa anak muda itu adalah pelaku pencurian di pasar sebelah. Mbok terdiam, lalu menangis. Penyesalan mengalir dari seseorang yang hanya ingin berbuat baik.
Dengan akting yang kuat, dialog yang hidup, serta iringan musik latar yang mendukung suasana, pertunjukan ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menyampaikan pesan tentang rapuhnya kepercayaan di tengah kerasnya kehidupan. Sebuah kisah sederhana yang meninggalkan renungan mendalam bagi penonton.
Editor : Nur Alysa Qotrunnada
