Bidan Dede Gantini: Dukungan Suami Kunci Utama Sehatkan Ibu Hamil

Purwokerto – Bidan Dede Gantini, seorang praktisi kesehatan ibu dan anak, menyatakan bahwa peran suami dan keluarga inti merupakan faktor paling krusial dalam mendukung kesehatan seorang ibu, mulai dari masa kehamilan hingga pemulihan pasca-melahirkan. Menurutnya, tanpa dukungan kuat dari lingkaran terdekat, ibu akan sulit mencapai kesehatan fisik dan mental yang optimal.

Dede Gantini menekankan pentingnya dukungan emosional dan praktis dari suami. Dukungan ini termasuk mendampingi saat pemeriksaan, membantu pekerjaan rumah, serta menjadi penopang mental ibu. “Dukungan dari suami sangatlah fundamental. Suami adalah support system terdekat yang bisa memberikan dukungan emosional, fisik dan membantu pengambilan keputusan. Selain itu, keluarga inti berperan besar dalam memberikan bantuan praktis pasca-melahirkan,” tuturnya.

lebih lanjut, Dede Gantini mengungkap bahwa masalah kesehatan yang paling sering ia temui di masyarakat adalah Anemia pada Kehamilan dan Kekurangan Energi Kronik (KEK). Anemia, jelasnnya sering terjadi karena rendahnya kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet tambah darah, sementara KEK terjadi pada ibu hamil yang terlalu kurus atau kurang gizi.

dua kondisi ini berisiko tinggi meningkatkan komplikasi seperti pendarahan pasca-melahirkan dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Terkait upaya pencegahan, Dede Gantini menganjurkan agar calon ibu segera memeriksakan kehamilannya ke bidan atau fasilitas kesehatan. Waktu yang paling tepat adalah segera setelah hasil tes kehamilan positif, atau sebelum usia kehamilan 12 minggu. Pemeriksaan ini krusial untuk skrining risiko tinggi dan pemberian edukasi awal yang tepat.

Selain isu gizi yang serius, Dede Gantini juga menyoroti miskonsepsi umum masyarakat, yaitu anggapan bahwa ibu hamil harus makan porsi dua orang, “itu sangat keliru. Penekananya adalah pada kualitas nutrisi, bukan kuantitasnya. Ibu hamil hanya membutuhkan sekitar 300 hingga 500 kalori tambahan per hari, bukan porsi dua orang,” tegasnya. Ia juga meluruskan kekeliruan fatal tentang pemberian makanan selain ASI eksklusif pada bayi baru lahir, seperti madu atau air putih, yang sanggat dilarang.

Terkait kesehatan mental, Dede Gantini juga memaparkan perbedaan mendasar antara baby blues dan depresi pasca-melahirkan (PPD), Baby blues adalah kondisi ringan yang muncul 2-3 hari dan menghilang sendiri dalam waktu maksimal dua minggu. “Namun, jika gejala kesedihan mendalam, putus asa, dan kesulita merawat bayi berlangsung lebih dari dua minggu, itu sudah mengarah ke PPD dan wajib dirujuk ke piisikolog atau pisikiater,” jelasnya. Untuk membantu pemulihan emosional, ia menyebutkan bahwa edukasi, mendengarkan aktif, dan keterlibatan pasangan adalah kunci praktis. Baginya, kebahagiaan bidan adalah ketika dapat melihat ibu dan bayi yang ditolongnya tumbuh sehat.

Editor : Lestiani Reza Anjarfari

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *