Kuliah Dosen Tamu (Foto: Dokumentasi pribadi)
PURWOKERTO — Bagi mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia, mimpi menjelajah dunia kini bisa dimulai dari keahlian yang mereka miliki: mengajar Bahasa Indonesia. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman, menggelar Kuliah Dosen Tamu bertema “Peluang dan Strategi Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)” pada Jumat, 23 Oktober 2025. Kegiatan yang menghadirkan Ari Kusmiatun ini membuka wawasan mahasiswa tentang bagaimana BIPA menjadi jembatan untuk mengenal berbagai negara dan budaya di dunia.
“Bermimpilah mulai dari sekarang, karena mimpi itu akan memulai kita ke langkah-langkah berikutnya,” ujar Ari dengan penuh semangat. Ia menceritakan bahwa keinginannya untuk ke luar negeri bermula dari rasa kagum melihat orang asing datang ke Indonesia. “Saya berpikir, kalau mereka bisa datang ke sini, kenapa saya tidak bisa ke sana?” kenangnya.
Dari mimpi sederhana itu, langkahnya berlanjut hingga akhirnya bisa mengajar di Australia berkat BIPA. Pengalaman itu membuka pintu bagi perjalanan panjangnya sebagai pengajar BIPA, kini ia telah mengajar di puluhan negara, berjumpa dengan ribuan pembelajar dari berbagai latar belakang, dan merasakan langsung kekayaan budaya dunia. “BIPA bukan hanya mengajarkan bahasa Indonesia kepada orang asing, tetapi juga membuat kita mengenal dunia dari sudut pandang yang berbeda,” jelasnya.
BIPA atau Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing merupakan program pembelajaran bahasa Indonesia yang ditujukan untuk warga negara asing. Tujuannya bukan hanya agar mereka mampu berbahasa Indonesia, tetapi juga memahami budaya, kebiasaan, dan nilai-nilai yang hidup di masyarakat Indonesia. Bagi para pengajar, BIPA menjadi gerbang untuk mengenal beragam budaya, bertemu orang-orang dari berbagai negara, dan memperluas wawasan global melalui interaksi lintas budaya.
Dalam prosesnya, pengajar perlu menerapkan berbagai metode pembelajaran yang menarik dan interaktif. Ari menekankan pentingnya pendekatan komunikatif dan penggunaan media pembelajaran yang mampu membuat pembelajar aktif berpartisipasi. “Dengan cara itu, pengajaran menjadi lebih hidup, dan pembelajar dapat memahami bahasa Indonesia sekaligus merasakan nilai-nilai budaya kita,” ungkapnya.
Bahasa Indonesia kini memiliki posisi yang semakin penting di dunia. Dengan lebih dari 270 juta penutur, bahasa ini menjadi salah satu bahasa dengan pengguna terbanyak keempat di dunia. Bahasa Indonesia juga pernah menjadi bahasa ketiga yang paling banyak digunakan di platform WordPress, menjadi bahasa resmi dalam sidang UNESCO, serta dipelajari di lebih dari 57 negara melalui program BIPA. Hingga kini, lebih dari 300 lembaga pendidikan dan universitas di luar negeri telah membuka kelas BIPA.
Meningkatnya minat masyarakat dunia terhadap bahasa Indonesia membuka peluang luas bagi generasi muda untuk menjelajah dunia sambil berbagi pengetahuan. Melalui BIPA, mereka tidak hanya mengajar di ruang kelas, tetapi juga mengalami kehidupan di negara lain, membangun jaringan internasional, dan memperkaya pengalaman hidup. Dari Purwokerto, langkah mereka bisa membentang hingga ke berbagai penjuru dunia dan semuanya dimulai dengan satu keahlian, yaitu mengajar bahasa Indonesia.
Editor: Hestina Novesima Rachmadani
