
Purwokerto – Sebuah usaha kuliner rumahan di Purwokerto berhasil bertahan selama satu dekade, berawal dari brownies basah yang kala itu kurang populer di daerahnya. Kesulitan menembus pasar membuat sang pemilik beralih ke donat dengan mengutamakan rasa dan kualitas bahan.
“Awalnya susah banget, brownies waktu itu belum banyak yang kenal di sini. Akhirnya saya coba donat manual, fokus di rasa, dan belajar sendiri lewat buku resep dan YouTube,” ujar sang pemilik. “Rasanya harus menang dulu, baru kita bisa bertahan.”
Seiring waktu, usahanya berkembang pesat hingga mampu menjalin kerja sama dengan rumah sakit dan kantor pemerintahan. Pandemi Covid-19 sempat menjadi tantangan, namun justru membuka peluang lewat permintaan roti sehat untuk tenaga medis.
Salah satu pelanggan, Uus (20), mengaku donatnya jadi favorit di rumah. “Enak banget sih, empuk terus nggak manis banget juga. Jadi nggak enek kalau makan dua atau tiga biji. Orang rumah juga doyan banget, apalagi kan ini nggak pake pengawet, jadi saya tenang aja kalau mau beli,” katanya.
Kini, usaha ini terus berinovasi dengan varian brownies khas, donat tanpa pengawet, dan kemasan yang lebih menarik. “Kami ingin setiap gigitan itu memberi rasa aman sekaligus bahagia,” tambah sang pemilik. Meski sempat menghadapi penolakan dari beberapa toko oleh-oleh besar, termasuk di Jogja, ia tak menyerah hingga produknya diterima pasar yang lebih luas.
Ia juga berbagi pelajaran hidup tentang pentingnya pantang menyerah, berinovasi, dan terus bergerak maju demi memberikan manfaat bagi banyak orang melalui usahanya.
Editor: Rahsya Ayu Arshinta