
Sumber : Dokumen Pribadi
Di tengah dinamika kehidupan masyarakat pedesaan, peran perempuan kerap menjadi pengingat nilai, budaya, dan solidaritas sosial. Salah satu contohnya adalah Puji Astuti, anggota Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) di Desa Karanglewas Kidul, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas, yang aktif membangun jaringan perempuan melalui kegiatan keagamaan dan sosial kemasyarakatan di lingkungannya.
Puji menceritakan awal bergabungnya dengan Fatayat NU. “Awalnya cuma ingin cari ilmu, ikut pengajian, biar tidak ketinggalan. Dulu memang iseng, sekadar mencari kesenangan dan punya kegiatan. Tapi seiring waktu, saya mulai merasakan manfaat dari kegiatan ini, bukan sekadar kumpul-kumpul, melainkan kesempatan untuk membangun silaturahmi, saling bersosialisasi, dan bisa memberi manfaat nyata bagi orang banyak,” ujarnya dengan senyum hangat.
Di bawah naungan Fatayat NU, Puji dan anggota lainnya rutin mengadakan berbagai kegiatan. Di tingkat kecamatan, pertemuan besar digelar sebulan sekali pada Ahad Manis sebagai ajang siraman rohani dan koordinasi kegiatan dengan lokasi yang bergantian. Sementara itu, di tingkat ranting desa, kegiatan lebih beragam, mencakup pertemuan rutin, pembagian takjil selama bulan Ramadan, serta santunan anak yatim yang didapatkan dari kas kolektif anggota.
Di antara berbagai kegiatan, santunan anak yatim menjadi momen yang paling menyentuh warga. “Itu berdampak sekali karena bantuan tersebut diberikan langsung kepada anak-anak yang memang membutuhkan. Orang tua mereka pun ikut merasakan manfaat dari adanya kegiatan Fatayat NU,” ungkap Puji. Respons masyarakat terhadap kegiatan ini pun sangat positif. Banyak warga yang tidak hanya memberikan dukungan moral, tetapi juga ikut menyebarkan informasi, mengajak orang lain berpartisipasi, bahkan menyumbangkan donasi. “Alhamdulillah, masyarakat sangat terbuka, mereka merasa tergerak karena kegiatan kami benar-benar membawa manfaat nyata bagi anak-anak dan lingkungan sekitar,” tambahnya.
Bagi Puji, Fatayat NU bukan sekadar wadah kegiatan rutin, melainkan seperti rumah kedua yang hangat, tempat kebersamaan, dukungan, dan kepedulian menjadi fondasi utama. “Yang paling berkesan bagi saya adalah kebersamaan kami. Kami tidak hanya belajar bersama, tetapi juga saling berbagi cerita,” ujarnya. Pengalaman tersebut membentuk arti sebuah komunitas. “Saya menyadari bahwa dari hal-hal sederhana, seperti pengajian malam atau santunan anak yatim, tercipta ikatan yang kuat dan makna yang begitu besar bagi masyarakat sekitar,” jelas Puji.
Melihat dampak positif yang nyata, Puji berharap Fatayat NU terus berkembang dan mampu menjangkau lebih banyak perempuan muda. “Saya ingin semakin banyak perempuan yang bergabung, sehingga organisasi ini tidak hanya kuat dan solid, tetapi juga menjadi sumber inspirasi. Semoga setiap langkah yang kami ambil dapat mendorong perempuan lain untuk begerak, berkarya, dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat sekitar,” tuturnya penuh semangat.
Di akhir perbincangan, Puji menyampaikan pesan hangat bagi perempuan muda agar tidak ragu untuk terlibat dalam kegiatan Fatayat NU. Ia menekankan, mulai dari hal kecil, seperti ikut pengajian, hadir dalam kegiatan sosial, atau belajar bersama anggota lain, bisa menjadi awal untuk bergerak bagi diri sendiri sekaligus memberi manfaat bagi orang lain. Setiap partisipasi, sekecil apa pun, dapat menciptakan perubahan nyata dan menginspirasi lingkungan sekitar.
Dari pengajian hingga aksi sosial, kiprah Puji Astuti dan Fatayat NU Karanglewas membuktikan bahwa keterlibatan perempuan dalam organisasi keagamaan mampu menyatukan nilai spiritual dengan manfaat nyata bagi masyarakat. Kiprah mereka bukan sekadar cerita, tetapi teladan yang menginspirasi.
Editor : Nanda Ayu Bunga