Di Balik Popularitas Junk Food, Risiko Kesehatan Remaja Perlu Diwaspadai

Junk food dapat menyebkan risiko kesehatan. Sumber: web.fithub.com

Junk food dapat menyebkan risiko kesehatan. Sumber: web.fithub.com

Purwokerto — Popularitas junk food terus meluas di kalangan remaja Indonesia. Kemudahan akses lewat layanan pesan-antar, rasa yang dianggap kekinian, dan gaya hidup cepat membuat junk food menjadi pilihan yang sulit ditinggalkan. Di balik popularitas, terdapat kekhawatiran mengenai dampak jangka panjang terhadap kesehatan makin banyak disorot.

Menurut survei Jakpat tahun 2025, sekitar 49% Gen Z di Indonesia mengaku makan junk food sebanyak 1–2 kali per minggu. Sementara itu, 24% responden tercatat mengonsumsinya 3–4 kali per minggu, dan 12% lainnya bahkan makan junk food setiap hari. Angka ini menunjukkan bahwa makanan praktis telah menjadi bagian rutin dalam pola makan remaja masa kini, yang berpotensi memengaruhi kondisi kesehatan jangka panjang jika tidak diimbangi dengan pola makan bergizi.

Kecenderungan meningkatnya konsumsi junk food ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan ahli gizi dan tenaga kesehatan. Menurut artikel Kementerian Kesehatan, konsumsi junk food yang berlebihan dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan serius pada remaja maupun orang dewasa. Salah satu dampaknya adalah meningkatnya risiko obesitas, karena junk food mengandung kalori, lemak, dan gula dalam jumlah tinggi. Remaja yang sering mengonsumsi jenis makanan ini memiliki risiko lebih dari dua kali lipat mengalami kegemukan dibandingkan mereka yang jarang mengonsumsinya. Selain itu, tingginya kadar garam dan lemak jenuh dalam junk food juga berkontribusi terhadap meningkatnya tekanan darah atau hipertensi, karena dapat mengganggu keseimbangan natrium dan kalium dalam tubuh.

Tidak hanya itu, kebiasaan mengonsumsi junk food secara rutin juga dapat meningkatkan risiko penyakit kronis lainnya, seperti diabetes melitus tipe 2, kanker, penyakit jantung, dan stroke. Kandungan gula, garam, kolesterol, serta rendahnya serat dalam makanan tersebut menjadi faktor utama pemicunya. Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi junk food dalam jangka panjang dapat memicu penyumbatan pembuluh darah, gangguan fungsi jantung, serta risiko kanker pada sistem pencernaan dan prostat. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat, terutama remaja, untuk mengurangi konsumsi makanan cepat saji dan mulai menerapkan pola makan yang lebih seimbang dan bergizi.

Editor: Rahsya Ayu Arshinta

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *