Purwokerto — Fenomena mahasiswa “kupu-kupu” atau kuliah–pulang semakin terlihat di lingkungan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto. Salah satu mahasiswi, Bunga, menjadi contoh bahwa pola kuliah–pulang tidak selalu berkaitan dengan kemalasan atau kurangnya keaktifan, melainkan pilihan sadar berdasarkan kebutuhan pribadi.
Bunga mengungkapkan bahwa dirinya memilih untuk tidak mengikuti organisasi kampus. Namun, keputusan tersebut bukan berarti ia tidak memiliki ruang untuk berkembang. “Saya tidak ingin berorganisasi, tapi saya tetap punya cara sendiri untuk berkembang. Tidak harus melalui forum komunitas,” ujar Bunga.
Selain itu, mahasiswa pada fase tersebut memiliki pola unik setiap akhir pekan. Alih-alih menetap di kos, ia lebih memilih pulang ke rumah. Menurutnya, rumah memberikan kenyamanan yang sangat ia butuhkan untuk beristirahat maupun menyelesaikan tugas-tugas kuliah. “Setiap weekend, saya memilih untuk pulang. Rasanya lebih nyaman di rumah, bisa kumpul bersama keluarga, dan lebih fokus dalam mengerjakan tugas dibanding di kos,” tambahnya.
Fenomena seperti yang dialami Bunga menunjukkan bahwa kehidupan mahasiswa kini semakin bervariasi. Banyak mahasiswa yang merancang pola belajar dan aktivitas sesuai karakter masing-masing. Tidak semua mahasiswa harus aktif berorganisasi untuk berkembang, beberapa justru lebih efisien saat bekerja secara mandiri.
Pihak kampus memahami bahwa keberagaman pola aktivitas mahasiswa merupakan sesuatu yang wajar. Dengan lingkungan yang mendukung, mahasiswa dapat menemukan jalur perkembangan yang sesuai dengan ritme dan kenyamanannya.
Kisah Bunga menjadi contoh bahwa menjadi mahasiswa kupu-kupu bukan berarti tidak produktif. Justru, pilihan tersebut bisa menjadi cara bagi sebagian mahasiswa untuk menjaga kesehatan mental, mengatur waktu, dan menemukan zona terbaik untuk bertumbuh.
Editor: Calista Nariswari Prasetyo
