
Purwokerto – Fenomena penggunaan bahasa gaul terus berkembang seiring pesatnya kemajuan teknologi digital. Salah satu istilah yang banyak digunakan generasi muda saat ini adalah FOMO, singkatan dari Fear of Missing Out, yang menggambarkan perasaan cemas ketika tertinggal dari tren atau aktivitas populer di media sosial.
Menurut psikolog digital Diana Sutrisna dalam artikel Kompas Lifestyle (2024), FOMO bukan sekadar istilah gaul, tetapi juga mencerminkan perubahan cara berpikir dan berbahasa generasi muda yang sangat dipengaruhi oleh arus informasi cepat di dunia digital. “Istilah seperti FOMO menandakan semakin kuatnya kebutuhan sosial di ruang maya. Bahasa menjadi cermin dari kecemasan dan keinginan untuk selalu terhubung,” ujarnya.
Secara linguistik, kata FOMO merupakan serapan nonformal dari bahasa Inggris yang kini digunakan secara luas dalam percakapan anak muda Indonesia. Istilah ini tidak hanya berkaitan dengan aktivitas di media sosial, tetapi juga menggambarkan kondisi psikologis seperti rasa takut tertinggal gosip, tren, atau acara penting. Misalnya, ungkapan “Aku FOMO banget kalau nggak ikut nonton konser itu!” kini umum ditemui di berbagai platform digital.
Fenomena ini menunjukkan bahwa bahasa terus berevolusi mengikuti dinamika sosial dan teknologi. Di satu sisi, istilah seperti FOMO memperkaya ragam komunikasi modern, namun di sisi lain dapat menggeser kebiasaan berbahasa baku jika tidak disertai kesadaran etis dan penggunaan yang sesuai dengan konteks.
Ahli bahasa dari Universitas Indonesia, Prof. Dendy Sugono, dalam Jurnal Bahasa dan Masyarakat (2023) menilai bahwa kemunculan istilah global seperti FOMO membuktikan bahwa bahasa merupakan sistem hidup yang beradaptasi dengan zaman. “Selama penggunaannya tidak mengaburkan makna dan fungsi bahasa Indonesia, hal ini dapat dianggap sebagai bentuk kreativitas linguistik generasi muda,” ungkapnya.
Fenomena FOMO juga memberikan pelajaran penting bagi generasi muda, yaitu perlunya kemampuan berpikir kritis terhadap informasi digital dan kesadaran dalam menggunakan bahasa. Di tengah derasnya arus media sosial, memahami makna dan konteks kata seperti FOMO menjadi langkah awal untuk berkomunikasi secara bijak di dunia maya.
Editor: Luthfi Fadhilah
