Purwokerto-Fenomena penggunaan campuran bahasa Indonesia dan Inggris semakin ramai terlihat di media sosial. Di Instagram, TikTok, hingga Threads, banyak anak muda menulis caption seperti “healing dulu guys”, “so true bestie”, atau “ootd (outfit of the day)”. Gaya bahasa ini dianggap lebih lucu, ekspresif, dan menunjukkan kesan modern di dunia digital.
Menurut pakar bahasa, Rokhman, campur kode merupakan pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa lain. Dalam konteks media sosial, hal ini tampak ketika pengguna mencampurkan kata atau frasa bahasa Inggris di tengah kalimat berbahasa Indonesia.
Menurut pengamatan di berbagai platform, campur kode menjadi salah satu ciri khas komunikasi remaja masa kini. Mereka sering menyisipkan kata atau frasa bahasa Inggris di tengah kalimat berbahasa Indonesia, baik dalam caption, komentar, maupun percakapan daring. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa kini tak hanya digunakan untuk menyampaikan pesan, tetapi juga untuk menunjukkan identitas dan gaya hidup.
Salah satu pengguna media sosial, Anya (17), mengaku sering menggunakan campur kode dalam caption dan komentar.
“Kadang kalau nulis caption full bahasa Indonesia tuh kayak terlalu serius. Kalau dicampur dikit sama bahasa Inggris rasanya lebih fun dan kekinian,” ujarnya.
Namun, tidak semua orang menilai fenomena ini positif. Beberapa pihak menilai bahwa kebiasaan mencampur bahasa dapat menurunkan kemampuan berbahasa Indonesia secara baik dan benar.
Fenomena campur kode menunjukkan bahwa bahasa kini tidak hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga sarana ekspresi diri dan gaya hidup. Bagi anak muda, cara berbahasa di media sosial mencerminkan cara mereka melihat dunia kreatif, global, dan penuh ekspresi.
Editor: Mutiara Happy Nurhanifah
