Ibu Jasmi, seorang guru sekolah dasar dikenal ramah serta dekat dengan murid-muridnya, lahir pada 7 Desember 1971 di Desa Ngombol, Kabupaten Purworejo. Beliau merupakan putri dari pasangan Bapak Wiryoswito dan Ibu Ratni yang berprofesi sebagai buruh tani.

Jasmi, Guru Sekolah Dasar (Foto : Dokumentasi Pribadi)
Tumbuh di lingkungan sederhana tidak membuat beliau patah semangat. Sejak kecil, beliau dikenal ceria dan periang. Pendidikan dasarnya ditempuh di SD Pejagran, sekolah yang jaraknya cukup jauh hingga harus melewati dua desa dengan berjalan kaki. Meski sering kali berangkat tanpa uang jajan maupun alas kaki, semangatnya untuk menuntut ilmu tidak pernah padam. Ketika duduk di kelas 5 SD, beliau pindah sekolah ke lokasi yang lebih dekat dengan rumahnya.
Tahun 1978, beliau melanjutkan pendidikan di SMPN Ngombol. Ada kisah menarik saat proses pendaftaran yakni dari sekian banyak calon siswa, hanya beliau dan seorang teman laki-lakinya yang diterima, bahkan beliau meraih nilai tertinggi dalam tes masuk. Karena jarak sekolah cukup jauh, beliau menggunakan sepeda ontel untuk berangkat dan pulang setiap hari.
Setelah lulus SMP pada 1981, orang tuanya sempat tidak mengizinkan melanjutkan sekolah karena keterbatasan biaya untuk menghidupi delapan anak. Namun, berkat tekad yang kuat, beliau diam-diam mendaftar ke dua sekolah sekaligus: SMA dan SPG. Akhirnya, orang tua merestui pilihannya untuk bersekolah di SPG Purworejo, dengan harapan kelak bisa menjadi guru. Meski penuh keterbatasan finansial, beliau berhasil menuntaskan pendidikan tersebut pada 1990.
Harapan untuk langsung menjadi guru setelah lulus ternyata tidak semudah bayangan, sebab pengangkatan CPNS kala itu sangat sulit. Demi bertahan hidup, beliau bekerja dalam sebuah penelitian kesehatan UGM yang bekerja sama dengan Amerika Serikat selama dua tahun, dengan penghasilan cukup besar pada masanya.
Sebelum kontraknya selesai, beliau diterima melanjutkan pendidikan di PGSD IKIP Semarang (Unnes) melalui jalur prestasi. Kuliah yang ditempuh selama 2,5 tahun itu juga penuh perjuangan, sehingga beliau mengandalkan beasiswa ikatan dinas untuk menunjang kebutuhan hidup. Tahun 1996, beliau berhasil meraih gelar sarjana. Setelah itu, beliau mulai mengajar di sebuah SD swasta di Semarang.
Kesempatan besar datang pada 1999 ketika beliau lolos seleksi CPNS dan ditempatkan di SDN 03 Badak, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang. Awalnya beliau tinggal di perumahan penjaga sekolah bersama seorang guru asal Purworejo. Tak lama setelah itu, pada tahun 2000, beliau bertemu jodoh dan menikah dengan seorang guru SD di Kecamatan Randudongkal.
Sejak itu, beliau memutuskan tinggal di Randudongkal dan melanjutkan pengabdiannya sebagai guru di salah satu SD di sana. Semangat juang Ibu Jasmi tercermin dari motivasi hidupnya: “Jika kamu tidak mengejar apa yang kamu inginkan, maka kamu tidak akan mendapatkannya. Jika kamu tidak bertanya, maka jawabannya adalah tidak. Jika kamu tidak melangkah maju, maka kamu akan tetap berada di tempat yang sama.”
Perjalanan hidup beliau membuktikan bahwa dengan tekad kuat dan pantang menyerah, segala keterbatasan dapat dilalui hingga berbuah keberhasilan. Kisah perjuangan Ibu Jasmi menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk tidak mudah putus asa dalam meraih cita-cita.
Editor : Kuat Aldiyanto