Jagat Rasa 2025: Ruang Seni Mahasiswa di Tengah Ritme Akademik

Sumber: Dok. Pribadi Azra Asyira A.

Langkah-langkah pengunjung perlahan memenuhi halaman sekitar Aula Bambang Lelono, Fakultas Ilmu Budaya, sore itu. Dengan tiket seharga Rp15.000 yang bisa dibeli di QR yang tertera pada pamflet atau di tempat, satu per satu mereka menuju meja ticketing. Nama dicatat, barang bawaan diperiksa, pengunjung tidak diperkenankan membawa senjata tajam, parfum, benda mudah pecah, kaca, makanan dari luar, serta rokok dan vape. Panitia mengarahkan pengunjung untuk membawa barang seperlunya, seperti tumbler minum, payung atau jas hujan, serta membeli makanan di tenant yang telah disediakan. Setelah itu, voucher diterima dan stempel dibubuhkan di tangan. Jagat Rasa 2025 dimulai, sebuah ruang seni yang hadir pada 10–12 Desember 2025, open gate pukul 18.00 WIB di hari pertama dan pukul 17.00 WIB di hari berikutnya.

Di tengah padatnya ritme akademik, Jagat Rasa menjadi jeda yang bernama rasa. Digagas oleh Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia angkatan 2023, acara ini lahir dari Mata Kuliah Penyutradaraan dan Jurnalistik Fotografi, lalu tumbuh menjadi panggung bersama. Seni pertunjukan dan pameran tak lagi sekadar tugas, melainkan media untuk berbagi cerita.

Hari pertama dibuka dengan sambutan Dekan Fakultas Ilmu Budaya, disusul dentang gong yang dipukul bersama Koordinator Program Studi sebuah tanda dimulainya perjalanan tiga hari ke depan. Malam itu, “Matahari di Sebuah Jalan Kecil” mengajak penonton menyusuri kehidupan sederhana yang penuh dinamika. Kisah berlanjut di hari kedua melalui “Orang-Orang di Tikungan Jalan”, tentang pertemuan dan pilihan hidup, hingga ditutup “Bayang di Balik Singgasana” yang reflektif, berbicara tentang kuasa, harapan, dan identitas.

Sumber: Dok. Pribadi Azra Asyira A.

Tak hanya pertunjukan, Jagat Rasa 2025 juga menghadirkan pameran fotografi bertajuk Spektrum Waktu. Pada hari pertama pementasan, pengunjung dapat singgah ke ruang pamer usai pertunjukan berakhir. Sementara itu, pada hari kedua dan ketiga, pameran dapat dinikmati sebelum drama dimulai maupun setelah pementasan selesai. Visual-visual yang merekam masa lalu, kini, dan masa depan itu saling menyapa, melengkapi cerita yang telah lebih dulu hidup di atas panggung. Di balik keseluruhan rangkaian acara, terajut semangat kolaborasi yang menegaskan bahwa Jagat Rasa bukan sekadar agenda tahunan, melainkan ruang belajar, berbagi, dan merayakan keberagaman rasa.

Sumber: Dok. Pribadi Azra Asyira A.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *