Jejak Sabar di Guratan Wajah: Mengukur Nilai Hidup Lewat Potret “Di Balik Bahu yang Menyangga Rezeki”

Potret “Di Balik Bahu yang Menyangga Rezeki”(dokumen pribadi)

Purwokerto Aula Bambang Lelono, Fakultas Ilmu Budaya, berubah menjadi ruang yang penuh cerita ketika Jagat Rasa 2023 diadakan oleh mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia angkatan 2023. Deretan fotografi jurnalistik tersusun rapi di sepanjang dinding aula, masing-masing merekam potongan kehidupan sosial yang kerap luput dari pandangan sehari-hari. Setiap foto menawarkan sudut pandang berbeda tentang manusia dan realitas yang mengitarinya.

Salah satu foto yang turut hadir dalam pameran tersebut bertajuk Di Balik Bahu yang Menyangga Rezeki karya Rina Fajriyatin. Potret ini menampilkan seorang lelaki paruh baya yang memanggul keranjang besar sambil memegang gulungan tikar di tangan kirinya.

Di balik beban yang Ia bawa, tersirat sebuah cerita tentang kesabaran dan dedikasi. Garis-garis di wajahnya bukan hanya tanda usia, melainkan juga jejak hari-hari yang panjang yang dihabiskan dengan kerja keras. Terlihat kelelahan yang tak bisa disembunyikan sekaligus keteguhan yang tak mudah goyah.

Pasar tradisional, seperti Karanglewas bukan hanya tempat transaksi jual beli. Ia merupakan ruang hidup, tempat cerita-cerita kecil tentang perjuangan dan penghidupan terus teranyam setiap hari. Sosok lelaki dalam foto ini menjadi representasi wajah-wajah lain di pasar, seperti para kuli angkut atau pengantar barang yang mencurahkan seluruh tenaga dan waktunya untuk menyangga rezeki diri dan keluarga.

Kehadiran foto ini menimbulkan respons emosional bagi pengunjung pameran. Sejumlah pengunjung berhenti lama di depan foto tersebut, berusaha memahami cerita di baliknya. Salah satu pengunjung, seorang mahasiswi yang tengah memperhatikan detail foto, mengaku tersentuh karena foto itu mengingatkannya pada sosok ayahnya.

Potret pengunjung yang melihat pameran (dokumen pribadi)

“Saya terharu, teringat bapak. Rasanya sedih karena bapaknya sudah tua, tetapi harus mencari nafkah untuk keluarga di rumah,” ujar Wanda. Ia menambahkan bahwa sosok lelaki dalam foto tersebut terasa sangat dekat dengan pengalamannya, “Apalagi pekerjaannya memanggul beban di bahu. Itu berat banget, jadi benar-benar relate.”

Respons ini menegaskan bahwa foto ini bekerja lebih dari sekadar menampilkan aktivitas pasar. Terdapat kepekaan visual yang berhasil menghadirkan gambaran tentang keteguhan manusia yang memanggul beban besar. Setiap detail foto, mulai dari keranjang yang dipanggul hingga raut wajah kelelahan, menyampaikan pesan yang jarang terucapkan tentang kehidupan yang dijalani dalam diam.

Di tengah era yang kian didorong oleh percepatan dan digitalisasi, keberadaan mereka mengingatkan kita akan nilai-nilai kesabaran, kerja keras, dan ketekunan yang sering terlupakan. Mereka mengajarkan bahwa rezeki tidak selalu datang dengan mudah, tetapi sering kali harus dipikul, dijinjing, dan diperjuangkan langkah demi langkah.

Editor: Khanifah Zulfi

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *