Ki Sunito Lebto tomo: Dalang Berhati Legowo yang Lestarikan Nilai Kehidupan Lewat Wayang

Sumber: Dokumen FS Sport Gallery

Purwokerto — Di tengah arus modernisasi dan maraknya hiburan digital seperti YouTube dan TikTok, kesenian wayang kulit masih memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat Desa Glempang, Banyumas. Hal itu dibuktikan melalui pertunjukan yang digelar oleh Ki Sunito Lebto tomo, dalang yang telah puluhan tahun mendedikasikan hidupnya pada dunia pewayangan.

Nama Ki Sunito Lebto tomo bukan sekadar gelar seorang dalang, tetapi mengandung makna mendalam tentang kehidupan dan ketulusan. Dalam wawancara, ia menjelaskan asal-usul namanya dengan nada lembut. “Sunito itu artinya anak buah almarhum Ki Dalang Suwito. Sementara Lebto artinya hati yang legowo, dan Tomo itu hal yang utama,” ujarnya dengan nada teduh saat ditemui di rumahnya di Desa Glempang, Banyumas.

Menurut Ki Sunito, cerita yang paling sering dibawakan dan paling digemari masyarakat adalah “Bharatayuddha.” Kisah epik ini menggambarkan peperangan antara Pandawa dan Kurawa yang menyimbolkan perjuangan menegakkan kebenaran.

Tokoh yang paling diminati penonton adalah Pandawa Lima, karena dianggap dekat dengan kehidupan masyarakat. “Pandawa itu paling favorit, sebab banyak nilai kebaikan di dalamnya,” tambahnya.

Pertunjukan wayang diadakan tanpa jadwal tetap, biasanya menyesuaikan dengan acara masyarakat seperti peringatan 17 Agustus, hajatan desa, atau kegiatan budaya lainnya. “Kalau bulan puasa, biasanya tidak ada pentas wayang,” jelas Ki Sunito sambil tersenyum.

Ketika ditanya mengapa kesenian wayang harus terus dijaga di tengah maraknya media digital seperti YouTube dan TikTok, Ki Sunito menjawab dengan tegas, “Wayang itu seni adiluhur, kekayaan negara yang wajib dijaga. Jangan sampai hilang dari tradisi zaman,” tuturnya.

Nilai etika dan moral menjadi bagian penting dalam setiap pementasannya. “Semua cerita wayang selalu mengajarkan agar manusia menempuh jalan kebenaran dan kebajikan,” ucap Ki Sunito Lebto tomo. Ia menekankan, tujuan utama pewayangan bukan hanya hiburan, melainkan juga mendidik masyarakat dan generasi muda agar memahami ajaran luhur para leluhur.

Melalui karya dan ketulusannya, Ki Sunito Lebto tomo membuktikan bahwa wayang bukan sekadar tontonan, melainkan tuntunan yang menjadi media pendidikan moral dan tetap hidup di tengah arus modernisasi.

Editor: Rimanda Sahya Citharesmi

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *