Kisah Inspiratif : Guru Honorer, Pengabdian untuk Negeri

 

 

Septin Puji Astuti, seorang guru yang mengajar di sebuah sekolah taman kanak-kanak di Desa Pancasan, Kecamatan Ajibarang, tepatnya di TK Pertiwi Pancasan, yang berada di tengah desa.

Septin merupakan guru honorer yang telah mengabdi di TK Pertiwi selama 12 Tahun. Beliau mulai menjadi guru sejak tahun 2009.

Saat saya berkunjung ke TK Pertiwi Pancasan, Septin seorang diri mendampingi  dan mengajar 30 muridnya yang terbagi menjadi 3 kelas. Pada Rabu (8/05/2024), yang kebetulan rekan dan kepala sekolah TK tersebut pada hari itu sedang ada kepentingan lain.

“Dulu anak saya yang kedua TK-nya di sini juga, saya mendapatkan tekad untuk mulai mengajar setelah anak saya masuk TK di sini pada tahun 2009.” Ungkap Septin.

Menurut beliau, menjadi guru honorer di TK sama seperti ibadah dan kerja bakti. Suasana TK yang cukup ramai karena berada di pinggir jalan besar terkadang membuat anak muridnya susah untuk berkonsentrasi saat jam pelajaran.

 

Bagi Septin, melihat anak-anak TK yang setiap hari ada saja tingkahnya dapat menjadi sesuatu yang menghiburnya.

Ia memutuskan menjadi guru honorer meskipun tidak ada tawaran imbalan yang menjajikan. Gajinya, sejak awal ia mengajar jauh dari kata cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan hingga sekarang pun gaji pokoknya sebagai guru honorer tidak sampai UMR Purwokerto. Gaji yang diterima oleh Septin pun tidak pasti setiap bulan dibayarkan, terkadang sampai tiga bulan ia baru menerima gaji.

“Ya anggap saja sedang mengabdi lah mbak, kalau memang tidak karena tekad dan niat yang kuat pasti sudah menyerah, jangan berharap gaji besar kalau menjadi guru honorer.”

Seiring berjalannya waktu, karena tuntutan  dinas, Septin kembali mengambil kuliah PPG di Universitas Muhamadiyah Purwokerto pada tahun 2019. Sehingg ia bisa mendapatkan ilmu dan gelar baru. Hal tersebut yang kemudian dapat menunjang kariernya.

“Akhirnya, setelah mengabdi lama walau belum bisa diangkat menjadi PNS, saat pandemi kemarin saya mendapatkan tunjangan sertifikasi.” Jelasnya.

Salah satu tantangan dalam menjadi seorang guru TK yang dirasakan setiap tahun adalah bagaimana caranya agar TK ini dapat terus bertahan dan tidak kekurangan murid setiap tahunya.

Kebanyakan peserta didik di TK ini justru bukan  dari Kawasan desa Pancasan, melainkan banyak dari desa sebelah seperti Karangbawang dan Tipar.

Namun hal tersebut tidak membuat semangat Septin untuk mengajar pudar begitu saja, ia senang menjalani profesinya sebagai guru honorer di tengah-tengah guru muda yang berbondong-bondong mengejar P3k.

 

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *