Kolaborasi PBI Unsoed & PBSI UNS: Kupas Tuntas Tips Fotografi Jurnalistik bersama Arimbi Haryas Prabawanti

Dok. Pribadi Memet Sudaryanto / Zoom Meeting

Purwokerto, 13 September 2025. Pendidikan Bahasa Indonesia (PBI) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Sebelas Maret (UNS) berkolaborasi mengadakan kuliah fotografi jurnalistik bersama Arimbi Haryas Prabawanti, seorang jurnalis di salah satu perusahaan berita ternama. Kuliah fotografi jurnalistik ini mengusung tema “Abadikan Momen Berharga dalam Bingkai Sebuah Berita” dan diikuti lebih dari 200 mahasiswa aktif.

Dalam acara ini, PBI Unsoed mengajak PBSI UNS  untuk berkolaborasi bersama. “PBI Unsoed sudah menjalin kerja sama dengan UNS dalam berbagai kegiatan asosiasi. Oleh karena itu, saya memilih UNS sebagai mitra,” ujar Memet. Program ini bertujuan untuk memberikan pengalaman nyata kepada mahasiswa dalam mengenal jurnalisme. “Dunia jurnalisme bersifat fluktuatif, dengan menghadirkan Mbak Arimbi diharapkan mahasiswa bisa mengenal dunia jurnalistik lebih detail,” ujar Memet.

Peserta yang hadir tampak antusias, khususnya bagi mahasiswa semester 3 dan 5 yang diwajibkan mengikuti acara tersebut. Pelaksanaan kuliah fotografi jurnalistik dilakukan secara daring melalui Zoom Meeting dan dibuka langsung oleh Dr. Memet Sudaryanto, S.Pd., M.Pd. selaku penyelenggara sekaligus Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Jenderal Soedirman.

Dok. Pribadi Okty Astri Rahmadani / Zoom Meeting

Dalam kesempatan ini, Arimbi telah menyiapkan materi dalam bentuk presentasi PowerPoint yang membahas dua pokok utama, yaitu teori jurnalistik dan teori fotografi. Pada bagian teori jurnalistik, ia menjelaskan konsep agenda setting, gatekeeping, dan kode etik jurnalistik. Agenda setting menekankan peran media dalam menentukan isu penting di mata publik, gatekeeping berkaitan dengan tugas wartawan dan editor dalam menyaring informasi sebelum disampaikan kepada masyarakat, sedangkan kode etik jurnalistik menegaskan pentingnya akurasi dan independensi sebagai kunci utama dalam pemberitaan.

Selanjutnya, Arimbi memaparkan teori fotografi yang mencakup estetika visual, komunikasi visual, dan semiotika foto. Estetika visual merupakan komposisi dari warna, cahaya sebagai elemen dasar keindahan, komunikasi visual menunjukkan bahwa gambar merupakan penyampai pesan yang kuat, semiotika foto merupakan denotasi dari apa yang terlihat, dan konotasi makna di baliknya. Jadi, seorang jurnalis foto tidak hanya dituntut untuk merekam peristiwa, tetapi juga mampu menyampaikan pesan melalui kekuatan visual. Ia juga menegaskan bahwa

“Tips menjadi jurnalis yang pertama yaitu banyak ngobrol, jangan malu bertanya, dan harus tidak punya rasa malu. Pokoknya, bener-bener nggak punya malu itu kuncinya,” ujar Arimbi.

Selain itu, Arimbi juga menyampaikan, “Hal yang paling penting bagi seorang jurnalis adalah keakuratan fakta, objektivitas dan netralitas, memegang teguh etika jurnalis, serta ketepatan waktu, sedangkan hal yang paling penting bagi pewarta foto adalah momen tepat, teknik fotografi, konteks berita, dan etika visual.”

Editor: Niken Awra Salsabila

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *