Chat Mahasiswa dengan Dosen melalui WhatsApp (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Aplikasi WhatsApp kini menjadi sarana utama komunikasi antara dosen dan mahasiswa. Namun, bagi sebagian mahasiswa, menghubungi dosen melalui pesan singkat masih menjadi tantangan. Rasa gugup dan kekhawatiran dianggap tidak sopan kerap muncul saat mereka mengetik pesan.
Hal tersebut dialami oleh Miftakhul Sholehah, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Jenderal Soedirman yang juga menjadi penanggung jawab (PJ) mata kuliah. Ia mengaku, meskipun sudah terbiasa menggunakan WhatsApp untuk berkomunikasi, mengirim pesan kepada dosen tetap memerlukan pertimbangan khusus.
“Rasanya senang bisa berkontribusi untuk kelas, tetapi tetap ada rasa gugup karena ini merupakan pengalaman pertama menjadi PJ,” ujarnya.
Sebagai penanggung jawab (PJ), Miftakhul bertugas menyampaikan jadwal, pengumuman, serta mengonfirmasi perkuliahan kepada dosen dan teman sekelas. Ia mengaku selalu berusaha menjaga kesopanan dalam setiap pesan yang dikirim. “Biasanya saya menghubungi dosen seminggu sekali. Sebelum mengirim pesan, saya pastikan bahasanya sopan, jelas, dan waktunya tepat,” tuturnya.
Untuk menjaga etika, Miftakhul memiliki format pesan yang rapi dengan diawali salam dan identitas diri. Ia menilai, penggunaan tata bahasa yang baik dalam pesan dapat mencerminkan karakter mahasiswa yang beretika dan profesional. “Etika komunikasi digital itu penting. Dari cara menulis pesan saja, dosen bisa menilai kesopanan mahasiswa,” tambahnya.
Selain menjaga sopan santun, Miftakhul juga menekankan pentingnya keberanian dalam berkomunikasi. Menurutnya, mahasiswa harus mampu menyampaikan maksud dengan percaya diri tanpa menghilangkan rasa hormat. “Berani menyampaikan maksud itu penting, tetapi tetap harus menjaga tata bahasa dan kesopanan,” ujarnya.
Melalui pengalaman sebagai PJ, Miftakhul banyak belajar tentang pengetahuan komunikasi akademik, keterampilan menyusun pesan formal, serta etika berinteraksi di ruang digital. Ia mengaku kini lebih percaya diri dan terlatih dalam menulis pesan yang efektif tanpa menyinggung lawan bicara.
“Dari pengalaman ini, saya belajar menghargai waktu dosen dan memahami pentingnya berkomunikasi dengan bahasa yang baik. Jangan takut menghubungi dosen, asalkan sopan, jelas, dan sesuai keperluan,” pungkasnya.
Dengan sopan dan percaya diri, mahasiswa membuka jalan menuju relasi akademik yang kuat dan bermakna.
Editor: Mutiara Happy Nurhanifah
