Para penari Komunitas Ebeg “Mbangun Budaya” tengah menampilkan tarian dengan kuda kepang dalam pertunjukan kesenian tradisional.
Sumber foto: Juned / Komunitas Ebeg “Mbangun Budaya”
Cilacap – Ebeg merupakan seni tari tradisional yang menampilkan penari dengan kuda kepang dari anyaman bambu sebagai alat utama. Ciri khas kesenian ini terlihat pada akhir pertunjukan ketika beberapa penari mengalami wuru atau mendem.
Komunitas Ebeg “Mbangun Budaya” berdiri sejak tahun 2010 di Mulyasari, Majenang. Komunitas ini lahir dari keinginan para seniman untuk menghidupkan kembali kesenian rakyat yang mudah dijangkau oleh masyarakat kecil. Sebelumnya, para anggotanya berasal dari kelompok seni wayang kulit.
Komunitas ini memiliki 24 anggota yang terdiri atas 12 anak wayang atau penari, 2 medoyang atau orang tua yang berperan dalam penyembuhan saat penari mendem, serta 10 pengrawit yang memainkan gamelan. Latihan rutin diadakan dua kali dalam seminggu untuk melatih kekompakan dan memperkenalkan kreasi baru.
Menurut Juned (44), salah satu pengrawit, tantangan utama komunitas saat ini adalah persaingan antarkelompok Ebeg yang semakin banyak bermunculan. “Kami berusaha agar tetap eksis dan bisa terus menampilkan pertunjukan yang berkualitas,” ujarnya.
Nilai kebersamaan, kekompakan, dan kerja sama menjadi landasan utama Komunitas Ebeg “Mbangun Budaya”. Harapannya, kesenian tradisional ini tetap lestari dan terus menjadi tontonan yang digemari masyarakat, sekaligus menjadi warisan budaya yang menumbuhkan rasa cinta terhadap kesenian daerah.
Editor: Windi Srimulyati
