
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Purwokerto – BIPA merupakan wujud perkembangan bahasa yang semakin dikenal di kancah internasional. Mengangkat tema “Peluang dan Strategi Mengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)”, Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Jenderal Soedirman, menggelar kuliah pakar pada 20 Oktober 2025, di Aula Bambang Lelono.
Acara ini menghadirkan sosok pembicara yang kompeten di bidang BIPA, Ari Kusmiatun. Ia merupakan dosen Universitas Negeri Yogyakarta sekaligus Ketua APPBIPA Yogyakarta. Dalam penyampaiannya, Ari menjelaskan bahwa BIPA bukan hanya mengajarkan kosakata bahasa, tetapi juga budaya Indonesia. Ia menekankan bahwa mempelajari kebudayaan dari negara pembelajar BIPA itu penting karena setiap negara memiliki kebiasaan yang berbeda. Selain itu, ia juga menerangkan prinsip serta strategi yang dimiliki oleh pengajar BIPA, termasuk media pembelajaran dan fasilitas kelas pendukung.
Pada sesi tanya jawab, Ari menanggapi pertanyaan salah seorang mahasiswa terkait tantangan yang ia rasakan sebagai pengajar BIPA. Masalah yang ia rasakan adalah ketika dalam satu kelas terdapat pembelajar dengan level BIPA yang berbeda. Menanggapi hal tersebut, Ari menjelaskan bahwa idealnya BIPA tidak dilakukan pada kelas campuran (mixed-level class).
“Kalau kelas dicampur, pengajar BIPA harus menyiapkan materi berbeda untuk setiap levelnya. Misalnya, siswa level rendah diberi sepuluh soal, sementara yang lebih mahir dua puluh soal, supaya tidak ada yang bosan atau tertinggal,” ujarnya.
Ari juga menekankan bahwa BIPA itu mengajarkan berbahasa, bukan tentang bahasa. Bahasa Indonesia memiliki posisi strategis karena dipelajari di lebih dari lima puluh tujuh negara dan diajarkan di lebih dari tiga ratus lembaga pendidikan luar negeri. Hal ini menunjukkan pentingnya BIPA sebagai jendela budaya Indonesia di kancah internasional.
Menutup sesi kuliah pakar, Ari memberikan pesan motivasi bagi para siswa: “Orang hidup harus repot. Kalau tidak repot, jangan hidup.” Pesan ini menegaskan bahwa mengajar BIPA memerlukan kesabaran, ketekunan, dan cinta terhadap Indonesia.
Editor: Linta Nisa Rofiqoh
